Wartawan di NTT Ikut Pelatihan Jurnalistik Tentang Kesehatan Mata Inklusi Dan Etika Penulisan Yang Digelar Oeh Yayasan Tanpa Batas NTT di Kota Kupang 18/12/2024
Pelatihan jurnalistik tentang Kesehatan mata dan etika penulisan tersebut dipandu langsung oleh Narasumber Alexander Mering, seorang journalist, penulis buku, professional writer lulusan Lemhannas tahun
2020 yang memiki reputasi
internasional dan berpengalaman sebagai fasilitator lebih dari 10 tahun di bidang pemberdayaan
masyarakat, pernah bekerja di sejumlah NGO, antara lain, para
proyek Inklusi Sosial (Partnership for Goernance Reform-Kemitraan), project Access to Justice-USAID, USAID-IFACs.
Ketua YTB NTT Deny Sailana menyebutkan, kesehatan mata merupakan aspek penting dalam kesehatan masyarakat yang sering kali kurang mendapat perhatian dalam media.
Menurutnya, dengan meningkatnya prevalensi masalah kesehatan mata, penting bagi jurnalis untuk memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai topik ini serta memahami etika dalam penulisannya.
“Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas jurnalis dalam melaporkan isu-isu kesehatan mata secara akurat, informatif, dan etis,” ungkap Deny dalam kegiatan Pelatihan Jurnalis Tentang Kesehatan Mata Dan Etika Penulisan yang digelar di Hotel Neo Aston Kupang pada Rabu 18 Desember 2024.
Selain itu, ia juga mengatakan, jumlah penderita gangguan penglihatan di Indonesia berdasarkan survey Rapid Assessment of Avoidable Blindness diperkirakan 3 dari 100 orang berusia lebih dari 50 tahun mengalami kebutaan atau sekitar 1,6 juta orang.
Menurutnya, penyebab utama gangguan penglihatan adalah kelainan refraksi, sedangkan penyebab utama kebutaan adalah katarak.
“Sampai saat ini masalah mata belum menjadi program prioritas, namun sudah mulai menjadi perhatian pemerintah karena masih banyak sekali orang yang mengalami gangguan penglihatan” ujar Deny.
“Saat ini di Indonesia kurang lebih ada 1 juta orang mengalami kebutaan. Sementara itu kurang lebih ada sekitar 5 sampai 6 juta orang mengalami gangguan penglihatan dan sebagian besarnya adalah masih mungkin untuk diatasi. Gangguan penglihatan dan kebutaan merupakan masalah yang berdampak pada hampir sepertiga populasi dunia saat ini dan diperkirakan akan terus meningkat. “Penyakit prioritas pada gangguan penglihatan adalah yang pertama katarak kemudian diikuti kelainan refraksi, glaukoma, dan retinopati diabetik,”Di era
informasi digital saat ini, media memiliki peran yang sangat signifikan dalam memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat. Salah satu topik yang memerlukan perhatian khusus adalah kesehatan mata, yang merupakan aspek penting dari kesehatan umum yang sering kali diabaikan,” katanya
Penyakit mata seperti katarak, lanjut Deny glaukoma, dan degenerasi makula adalah kondisi yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan serius dan mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Namun, penyampaian informasi mengenai kesehatan mata sering kali menghadapi berbagai tantangan, termasuk kurangnya pemahaman yang mendalam oleh jurnalis tentang isu – isu medis dan etika penulisan yang tepat.
“Kesalahan informasi atau penyampaian berita yang tidak akurat dapat menyebabkan kebingungan dan bahkan berpotensi merugikan masyarakat. Etika penulisan dalam jurnalisme kesehatan juga merupakan aspek yang sangat penting. Jurnalis harus menjaga integritas dan kredibilitas mereka dengan memastikan bahwa laporan mereka akurat, tidak bias, dan menghormati privasi individu,” katanya.
Ia menjelaskan, pelanggaran etika dalam penulisan berita kesehatan dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan publik terhadap media dan berdampak negatif pada upaya edukasi kesehatan. Mengingat pentingnya peran media dalam menyebarkan informasi yang benar dan edukatif mengenai kesehatan mata, serta pentingnya menjaga standar etika dalam peliputan berita kesehatan, maka diperlukan pelatihan khusus bagi jurnalis.
“Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman jurnalis tentang kesehatan mata, meningkatkan keterampilan mereka dalam menulis artikel kesehatan yang akurat dan berdasarkan bukti, serta memperkuat kesadaran mereka mengenai etika jurnalistik.Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan para jurnalis dapat lebih kompeten dalam menyampaikan informasi yang akurat dan edukatif mengenai kesehatan mata. Selain itu, mereka juga akan lebih sensitif dan inklusif dalam peliputan mereka, sehingga informasi kesehatan mata dapat menjangkau semua kelompok masyarakat dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mata. Pelatihan ini pada akhirnya diharapkan dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui penyebaran informasi kesehatan mata yang tepat dan etis,” tutup Deny. (*y3r)