
Zonalinenews, Kupang. Kegiatan Dialog Akbar Pertemuan Raja – Raja NTT Tahun 2016 ditutup pada hari Selasa 30 Agustus 2016 pukul 19.00 wita di Hotel Pelangi Kupang.
Usai kegiatan salah satu peserta dialog yakni Perwakilan Raja Ege Wilayah Adat Liae Sabu Raijua Jefrison Hariyanto Fernando mengatakan budaya di Sabu Raijua sedang tergerus oleh globalisasi dan westernisasi. Terdapat dua contoh yang sangat krusial dalam hal ini yakni ancaman kepunahan masyarakat adat Jengitiu dan kurangnya fasilitas pendidikan kebudayaan.
Jefri menjelaskan masyarakat Adat Jengitiu Sabu Raijua adalah masyarakat pemeluk agama suku yang kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat adat Jengitiu jumlah penduduk penganut Nongitiu berjumlah sekitar 8.000 jiwa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lanjutnya, masyarakat Adat Jengitiu sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah atas ancaman kepunahan yang sedang mereka alami. Untuk itu di Sabu sedang digodok PERDA-nya.
Untuk Sabu Raijua sendiri memang masyarakat Adat Jengitiu sudah diakui di Direktorat Kebudayaan dan Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun persoalan yang terjadi adalah secara payung hukum belum dan harus terdaftar di Kementrian Hukum dan HAM.
“Untuk itu, kami berharap Pemerintah Propinsi NTT punya niat baik dalam membantu perjuangan kami untuk mendapatkan nomor registrasi di Kementrian Hukum dan HAM”, ucap Jefri
Sementara itu terkait fasilitas pendidikan kebudayaan, Jefri mengatakan Pemerintah Propinsi perlu serius melestarikan budaya di Sabu. Contohnya pembangunan fasilitas sekolah – sekolah selalu dibangun laboratorium biologi dan kimia, sedangkan fasilitas kebudayaan tidak dibangun, sementara pelestarian nilai – nilai budaya penting didoktrin dari anak – anak sekolah.
“Di Sabu sendiri, ada program pemugaran rumah adat secara rutin tiap tahunnya. Lalu para moneama juga diupayakan untuk disejahterakan sesuai dengan amanat Undang – Undang Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2010, karena sistim Moneama atau raja – raja itu yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap sistim Republik saat ini”, ucap Jefri
“Sehingga dialog ini bukan hanya sekedar dialog saja tetapi perlu diimplementasikan kedalam sebuah kebijakan Pemerintah Propinsi NTT yang berdampak ril terhadap kelestarian budaya di NTT termasuk di Sabu Raijua”, harapnya. (*mortal)