ZONALINENEWS.COM, MENIA – Stunting merupakan kondisi dimana berat badan dan tinggi badan anak tidak sesuai dengan perkembangan anak seusianya yang dinyatakan sehat dan penyebab stunting bisa karena anak tersebut tidak mendapatkan asupan makanan bergizi, riwayat ASI eksklusif, berat badan lahir rendah hingga riwayat infeksi penyakit tertentu yang dapat berdampak pada berkurangnya perkembangan motorik dan verbal serta perkembangan kognitif seorang anak, peningkatan penyakit degeneratif, kejadian kesakitan hingga kematian.
Demikian disampaikan Laura Riwu, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan di Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana saat diwawancarai media ini Rabu 15 November 2023.
Menurut Laura di kabupaten sabu raijua angka stunting selalu mengalami trend penurunan sejak di intervensi pada tahun 2019 lalu sehingga tahun ini (2023) angka stunting tersisa 15,2% (Persen).
“Kalau angka stunting sejak diintervensi mulai tahun 2019 selalu menurun dan data terakhir 2022 kemarin kita (sabu raijua) ada di angka 18,1% tapi tahun 2023 ini menurun lagi jadi 15,2%” Beber Laura.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Laura tambahkan, stunting pada balita dan anak tidak bisa dianggap sepele sebab akan berdampak pada kemampuan kognitif anak dalam menyerap pelajaran di sekolah mengingat kemampuan kognitif merupakan aspek yang fokus pada keterampilan berpikir termasuk cara belajar, pemecahan masalah dan rasional yang sangat berpengaruh pada keberhasilan seorang siswa.
Sehingga upaya menekan angka stunting juga sebagai langkah untuk mempersiapkan generasi sabu raijua menjadi generasi yang unggul dan mampu bersaing di tingkat provinsi Nusa Tenggara Timur bahkan tingkat nasional.
“Kita sedang berupaya menekan angka stunting sejak dini diusia ke-emasan bayi balita untuk mempersiapkan generasi unggul di sabu raijua” Tambahnya
Dengan demikian kata dia, Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua menggelontorkan dana milyaran rupiah yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus serta Dana Alokasi Umum untuk kegiatan tersebut dengan pemberian makanan tambahan bagi bayi balita serta ibu hamil.
Dia juga himbau agar semua sekolah di sabu raijua pro aktif mendeteksi angka stunting di sekolah Masing-masing dengan menghadirkan tenaga kesehatan dari tiap-tiap puskesmas sehingga ketika ada program pemberian makanan tambahan di sekolah bisa tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan anak sebab penanganan stunting di bidang kesehatan hanya 30% dan selebihnya harus melibatkan lintas sektor baik itu dari bidang pendidikan, infrastruktur hingga perekonomian. (*Dedy)