Zonalinenews-Kupang. The average of the suspects of drug abuse from 2008 to 2010 are 20 years old. It was admitted by head of National Narcotics Agency of NTT Province, Dando Dengi Aloysius in his office on Tuesday (18/6/13). There is the threat of a growing number of drug abusers from year to year in which it will certainly invite the drug syndicate operation in Indonesia since it has big consumers and the price is high.
He said, there is a possibility that in future the non-users will try to use these illicit things. Based on the type of livelihood, labor groups are the groups that most vulnerable to be the users/suspects and in most cases those who have passed the high school. Therefore, the greatest threat is in the group of workers and students,” said
Dando. According to him, the limited capacity and rehabilitation facilities for drug abusers makes the victims become the opened markets for drug trafficking.
He added that the characteristics of Indonesian archipelago which has many entrances are very vulnerable for drugs circulation, plus the officials who do not have braveness would further facilitate the smuggling of illicit goods. In the last three years, the data showed that the drug cases like methamphetamine has been increased while marijuana and ecstasy have been decreased,” he said. (* Samuel)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Indonesian Version
Narkoba ancaman Terbesar Bagi Pelajar
Zonalinenews-Kupang. Tersangka penyalahgunaan narkoba sejak 2008 hingga 2010 rata – rata berusia 20 tahun. Ini di sampaikan kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi NTT, Dando Dengi Aloysius di ruang kerjanya, selasa 18 Juni 2013. Terdapat ancaman meningkatnya jumlah penyalahguna narkoba dari tahun ke tahun dimana hal ini tentunya akan mengundang beroperasinya jaringan sindikat Narkoba di indonesia karena banyaknya konsumen dan harga pasaran yang tinggi.
Ia mengatakan, kondisi orang yang masih Inum (non-user) semakin terancam dan tidak menutup kemungkinan mereka akan mencoba memakai narkoba. Berdasarkan jenis mata pencaharian, kelompok pekerja adalah kelompok yang paling rawan terhadap penyalahgunaan narkoba dan pada umumnya sudah melewati pendidikan sekolah menengah. Oleh karena itu, ancaman terbesar ada pada kalangan kelompok pekerja dan siswa sekolah menengah,” ungkap Dando. Menurutnya, keterbatasan kapasitas dan fasilitas rehabilitasi penyalahguna dan pecandu narkoba mengakibatkan korban menjadi pasar terbuka bagi peredaran gelap narkoba.
Ia menambahkan, karakteristik kepulauan Indonesia yang memiliki banyak pintu masuk sangat rawan terhadap masuknya bahan kimia prekusor atau Narkoba, ditambah aparat yang bermental lemah tentunya akan semakin memudahkan penyelundupan barang haram tersebut. Dalam pengungkapan kasus Narkoba tiga tahun terakhir, data menunjukan bahwa kasus narkoba jenis sabu-sabu mengalami peningkatan sedangkan ganja dan ekstasi mengalami penurunan,” ujarnya. (*Samuel)