Zonalinenews-Kupang, Kain tenun ikat NTT sudah menjadi trend ketika di desain menjadi sebuah pakian modern yang mengikuti zaman sekarang, dengan tidak perlu menghilangkan nilai budaya yang terkandung dalam tenun ikat . Ketika kain tenun didesain menjadi pakian semi modern merupakan prespek ekonomi masyarakat ntt . Untuk itu masyrakat NTT harus memahami tenun prosepek kedepan karena masyarkat pada umumnya masih berangapan tenun ikat hanyalah sebuah hasil kerja dari ibu-ibu untuk memenuhi kebudayaan daerah setempat. Padahal ketika kita mempelajari jenis tenun ikat ntt dari setiap daerah, banyak nilai kehidupan yang dituangkan dalam tenun ikat itu,” Tutur Welmince Lulu Ratu Pemilik Toko Jula Huba yang beralamat di Jan Frans Seda samping konsulat Timor Lesta , Jumat 11 Juli 2014 pukul 19.30 wita.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dikatakan Mince , tenun ikat dengan khas budaya serta filosofi kehidupan menjadi peminat bangsa eropa dalam mempelajari sejarah kebudayaan yang terkandung dalam tenun ikat. “ Mulai dari cara pembuatan, pewarna benang sampai pada pembuatan tenun ikat dengan menenun hasil benang menjadi sebuah kain,” Jelas Mince.
Lebih lanjut ia menjelaskan, dengan cara menenun menjadikan tenun daya tarik dan keunikan tenun ikat NTT yang memiliki beragam tata cara kehidupan, maka itu tidak semua daerah atau pun Negara luar mempunyai keunikan seperti yang terdapat di NTT yaitu tenun ikat.
Mince menambahkan, dengan di perkenalkan panorama keindahan daerah yang di promisikan pemerintah daerah kepada seluruh masyarakat . Sehingga Perlu suatu kesadaran pemahaman masyarakat NTT terhadap budaya yang dimilikinya, untuk dikembangkan dan dilestarikan.
“kita harus memberikan kesadaran kepada masyarakat mulai dari dini, agar generasi mudah tidak melupakan budaya sendiri,” Tutur mince
Mince berharap kepada pemerintah daerah yang sudah menjadikan NTT sebagia daerah pariwisata dengan bergam keindahan budaya , agar memiliki konsep untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat dan menjadikan sebagai salah satu mata pelajaran budaya NTT dari tingkat SD, SMP dan SMA agar generasi tidak mulapakan budaya.
“Pemerintah bukan hanya memaksa atau membuat satu kebijakan untuk mewajibkan anak sekolah sampai PNS untuk berpakian motif tenun ikat dihari-hari tertentu, tetapi pemahamannya terhadap tenun ikat sendiri perlu ditingkatkan, agar masyarakat dapat memahami budaya yang terkadung di dalamnya, bukan hanya sekadar dipakai karna sebuah aturan,” ungkapnya. (*robby bian)