ZONALINENEWS.COM, , LARANTUKA – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Hendrikus Fernandez Larantuka Kabupaten Flores Timur (Flotim) Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini memiliki hutang yang cukup fantastik.
RSU plat merah di Kabupaten paling timur pulau Flores tersebut diketahui mempunyai hutang kepada pihak pemasok oksigen yakni PT. Lima Satu sebesar kurang lebih Rp. 500 juta.
Michael Tanudiredjo, Direktur PT. Lima Satu, saat dikonfirmasi, Rabu 12 Oktober 2022 membenarkan hal tersebut dan mengatakan pihak RSUD Larantuka berutang padanya selama 5 bulan di tahun 2021 kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saya pernah disampaikan oleh Direktur RSUD Larantuka kalau uang yang akan digunakan untuk membayar oksigen di bulan 8 tahun 2021 sebenarnya sudah dibayar, namun dipakai sama bendaharanya lalu saya disuruh berurusan dengan bendahara,” jelas Tanudirejo.
“Terus untuk Bulan 9 sampai 12 tahun 2021 itu dikatakan uangnya sudah habis karena dipakai untuk biaya covid-19 jadi uangnya tidak ada untuk dibayar ke kita,” lanjutnya menjelaskan.
Menurutnya apa yang disampaikan Direktur RSUD Larantuka tersebut tidak sesuai kenyataan, sebab ini bukan urusan pribadi karena dirinya bekerjasama dengan RSUD.
“Itu seharusnya tanggung jawab RSUD karena ini bukan urusan pribadi, selama ini kerjasamanya dengan RSUD. Jadi kalau ada penyalahgunaan dari oknum (Bendahara) itu tanggung jawab RSUD bukan pribadi,” katanya.
Lanjutnya, hingga tabung oksigen milik PT. Lima Satu juga digunakan. Melihat dari pelayanan RSUD Larantuka sangat tidak baik, jauh lebih baik RSUD Lembata.
“Bahkan sampai pada tabung milik PT. Lima Satu dipakai sama pihak RSUD. Kalau dilihat dari pelayanan RSUD Larantuka jauh lebih bagus RSUD Lembata. selama ini saya support total dan tidak pernah nagih, kita sudah maksimal bantu tapi balasannya begini. Kita melihat sisi kemanusian daripada ada korban jiwa saya bilang ke anak buah saya biar dibantu,” ucap Tanudirejo.
Selain itu untuk pelayanan di Tahun 2022 PT. Lima Satu hanya dianggap ban seref namun pembayarannya lancar meski dirinya belum melakukan pengecekan ke admin.
“Untuk tahun 2022 saya hanya ban seref, ya dipakai saat mesin di RSUD rusak. Tapi puji Tuhan lancar, meski saya belum cek admin dan saya malas cek. Saat ditelepon tidak pernah direspon dan dianggap jadinya malas saya. Saya sampai bilang baru-baru ruang mesinnya rusak bisa diperbaiki dan ada uang, tapi kenapa saya tidak bisa dibayar,” keluhnya.
Sementara Direktur RSUD Hendrikus Fernandez Larantuka, Dr. Sanny saat dikonfirmasi di ruangannya mengatakan bahwa tahun 2021 yang belum dibayar 4 bulan dikarenakan anggaran telah habis.
“Oksigen kita tahun lalu (2021) itu hanya 4 bulan yang belum bayar September sampai Desember bukan 5 bulan,” jelas Dr. Sanny.
Menurutnya belun dibayar tahun 2021 karena anggatan telah habis digunakan untuk keperluan covid-19
“Kita belum bayar itu kan memang anggaran kita tahun lalu itu habis untuk pembayaran sebenarnya cukup tetapi terkait dengan kasus Covid ini akhirnya menyedot banyak oksigen ke ruang isolasi sehingga anggaran tidak cukup sehingga tertunda pembayaran itu,” jelasnya.
“Tahun 2022 ini kita bayar lancar terkait oksigen manakala mekanisme pencairan anggaran itu ketika GU segera dibayar. Dua bulan masih tertunda dalam tahun ini karena masih dalam Proses. Untuk mau bayar, GU cepat maka kita bayar proses antar dokumen dan lain-lain,” jelasnya lebih jauh.
Dikatakan juga bahwa anggaran tahun 2021 tidak hangus, namun diupayakan akan dibayar di akhir tahun 2022 ini
“Tahun 2021 itu tidak hangus kami akan usahakan di bulan Desember tetap diusahakan bayar 2021. Kami masih prediksi 3 bulan yakni Oktober, November dan Desember itu, sehingga normal bisa saja November dimajukan. Terkait bendahara menyalahgunakan keuangan sehingga oksigen belum terbayar itu informasi tidak benar,” tutup Direktur RSUD Larantuka.
*Ted