Zonalinenews-Nagekeo,- Sebagai upaya penguatan diri kaum muda untuk masa depan yang cerah, Plan International Indonesia (Plan Indonesia) memberikan pelatihan kepada lebih dari 1.400 remaja di Nusa Tenggara Timur untuk siap bekerja. Di antaranya terdapat 850 remaja di Kabupaten Nagekeo, Sikka, dan Lembata yang Rabu (28/10/2020) telah lulus dari program Better Life Options and Opportunities Model (BLOOM).
Sejak 2017, melalui program BLOOM, Plan Indonesia berupaya meningkatkan kapasitas masyarakat, terutama remaja usia 13-19 tahun. Dengan menggunakan dua kurikulum utama, yaitu “Pilih Masa Depanmu” dan “Siap Bekerja”, Plan Indonesia memberikan pelatihan terkait penguatan diri, kesehatan reproduksi, dan kesiapan diri memasuki dunia kerja. Bahkan saat ini lebih dari 20 remaja termotivasi menjadi agen perubahan yang menduduki posisi strategis seperti Menteri, Bupati, dan anggota DPRD.
Marzalena Zaini, OIC Program Manager Yayasan Plan Internaitonal Indonesia menyampaikan saat memberikan sambutan wisuda program BLOOM bahwa kelulusan ini menjadi titik awal para remaja untuk berkembang secara mandiri. Di Kabupaten Nagekeo, Sikka, dan Lembata, Plan Indonesia masih tetap ada, hanya Project BLOOM saja yang selesai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saya berharap program ini terus berlanjut hingga di lingkup desa. Pemerintah Kabupaten melalui PKK telah berkomitmen melanjutkan program ini di beberapa desa/kecamatan. Saya percaya jika semua lembaga bersinergi untuk menciptakan ruang aman untuk remaja belajar dan mempersiapkan masa depannya, mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas pilihannya,” ujar Marzalena.
Sejak tiga tahun durasi implementasi proyek, para kaum muda di Kabupaten Nagekeo, Sikka, dan Lembata memiliki perspektif yang lebih luas mengenai pilihan hidup mereka di masa depan. Bersama fasilitator desa, di antara beberapa hal mereka belajar mengenai kesetaraan gender dan dikaitkan dengan kesehatan reproduksi. Sebanyak 195 fasilitator desa telah terlatih untuk menciptakan pembelajaran yang efektif bagi remaja di desa.
Maria (15 tahun), salah satu peserta kelas BLOOM asal Nagekeo mengungkapkan bahwa keberaniannya berpendapat di rumah mulai muncul sejak ikut kelas. “Di rumah saya, yang sering mengeluarkan pendapat adalah kakak-kakak saya yang laki-laki. Waktu itu saya belum paham bahwa ternyata laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan pendapat. Setelah saya belajar di BLOOM, tentang gender dan kepemimpinan, di rumah saya sudah berani untuk mengeluarkan memberikan pendapat untuk apapun,”ujar Maria.
Selain itu, lebih dari 2.800 orang tua dan 120 anggota Komite Pendukung Program (KPP) dan Kelompok Perlindungan Anak Desa (KPAD) telah diberi peningkatan kapasitas terkait gender, perlindungan anak, penguatan dan partisipasi remaja, kesehatan reproduksi, dan perkawinan usia anak. Berkat peningkatan kapasitas tersebut, KPAD di Nagekeo berhasil menggagalkan 2 kasus perkawinan anak.
Matilda, pelajar 15 tahun asal Kabupaten Nagekeo mengungkapkan bahwa ia belajar banyak hal yang tidak diajarkan di bangku sekolah. “Saya menjadi paham dan mulai menjaga kebersihan diri saat menstruasi dengan mengganti pembalut minimal 4 kali. Saya melihat banyak anak remaja yang menikah di usia anak yang juga berdampak pada kekerasan dan putus sekolah dan saya berharap melalui kegiatan ini dapat membantu remaja untuk tidak melakukan perilaku berisiko. Saya ingin agar kegiatan ini berlanjut agar tidak ada lagi perkawinan di usia anak di wilayah saya” tambah Matilda.(*tim)