ZONALINENEWS.COM- MAUMERE,- Potensi sumber daya alam bagi masyarakat Flores tergolong cukup besar. Walau demikian, kebiasaan masyarakat belum dapat dirubah maksimal melalui potensi-potensi yang ada. Masyarakat masih menjalankan pola-pola lama yang penghasilannya bergantung pada pihak lain.
Untuk komoditi, masyarakat lebih memilih menjual secara gelondongan atau tidak mengolah dalam bentuk yang lainnya. Tak sedikit, orang Flores meninggalkan kampung halaman untuk merantau di luar Indonesia di tengah potensi daerah yang cukup menghidupinya.
Tak dapat dipungkiri bahwa masyarakat selalu hidup berkekurangan oleh karena belum memiliki konsep pemberdayaan ekonomi yang handal. Pemerintah pun serius melakukan pendampingan di tengah masyarakat yang terus mengalami kesulitan ekonomi dengan tujuan mendorong masyarakat berpenghasilan lebih dari potensi alam yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menghadapi kondisi tersebut, Plan International Indonesia Program Area Flores menggelar Workshop Pemberdayaan Perempuan dan Generasi Muda Melalui Pengembangan Agro industri dan Agro bisnis di Hotel Pelita Maumere, 8-9 Mei 2017. Workshop ini menjadi langkah awal untuk Program Pemberdayaan Ekonomi Kaum Muda di Area Flores, khususnya Kabupaten Nagekeo dan Sikka. Hal ini ditempuh sebagai langkah pengembangan strategi bersama dengan pemerintah daerah untuk pengembangan agro bisnis yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesempatan kerja.
Eka Hadiyanto, Program Area Manager Plan International Indonesia dalam sambutannya memaparkan bahwa “Nusa Tenggara Timur (NTT) salah satu propinsi dengan komoditas pertanian, perkebunan dan hasil perikanan yang cukup menjanjikan. Hasil penelusuran yang dilakukan pada akhir Februari 2017 oleh Plan International Indonesia dan Tim Universitas Brawijaya Malang, di Kabupaten Sikka, Nagekeo dan Lembata, menunjukkan bahwa ketersediaan bahan baku produk perairan, pertanian dan perkebunan ada yang tersedia sepanjang tahun dan ada yang bersifat musiman.
Di samping itu juga telah ada produk-produk hasil olahan dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang dilakukan secara individu maupun kelompok. Produk-produk tersebut telah dipasarkan untuk pasar lokal dan wisatawan domestik maupun manca negara yang bekunjung di Sikka, sedangkan di Lembata dan Nagekeo belum ada”
“Flores ini memiliki potensi komoditi yang unggul seperti kelapa, kakao, mete, kemiri, jagung, dan hasil laut. Sayangnya, sebagian besar komoditi dijual dalam bentuk glondongan ke Jawa atau Sulawesi, sehingga nilai tambah ekonomi berada di daerah lain. Trend ini juga yang menjadi salah satu penyebab anak-anak muda kita lebih banyak yang menjadi perantau bahkan buruh imigran,” jelas Eka.
Ketersediaan SDM dan SDA yang potensial merupakan potensi yang perlu diperhatikan dan dikembangkan oleh para pemangku kebijaksanaan, pemerhati, penyokong dan tenaga ahli. Kerjasama yang terpadu akan membantu dalam mendorong perkembangan wilayah yang pada gilirannya akan menjadikan wilayah tersebut mandiri dan mampu bersaing dengan wilayah lain.
Pemberdayaan SDM melalui pelatihan, pendampingan dan penguatan dalam kewirausahaan akan menghasilkan pengusaha-pengusaha muda baik dalam kelompok maupun individu yang akan menjadi pelaku usaha yang mandiri dan mampu bersaing dengan wilayah lain. Pemberdayaan ini akan menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraannya dan masyarakat di sekitarnya, dan diharapkan juga menjadi sarana promosi daerah untuk dapat dikenal baik di tingkat nasional maupun internasional.
Hasil pemberdayaan diharapkan akan mendukung pengembangan wisata alam, budaya tradisional dan rohani yang ada di wilayah NTT.
Kepala Bappeda Kabupaten Sikka, Alfin Parera mengatakan pemerintah memiliki tanggungjawab yang besar menghadapi kondisi ekonomi masyarakat. Untuk mencapai itu, dilakukan berbagai gerakan-gerakan pemberdayaan melalui usaha-usaha pertanian, usaha kuliner, koperasi, usaha tenun ikat dan berbagai usaha yang memberikan kesempatan penuh kepada masyarakat untuk mengelolahnya. Flores membutuhkan perbedayaan lebih dalam menjemput keunggulan potensi-potensi yang ada.
“Kita harus berterima kasih untuk Plan Internasional yang dengan caranya memikirkan kondisi masyarakat Flores. Kiranya ini menjadi langkah awal yang baik demi memperbaiki pola pikir, cara masyarakat dalam mengolah hasil-hasil pertanian dan perkebunan . Ini butuh keseriusanan kita bersama dan aktif membuat gebrakan-gebrakan yang kreatif dan inovatif,” harap Alfin.
Kegiatan ini melibatkan ratusan peserta dari Kabupaten Sikka dan Kabupaten Nagekeo. Para peserta dari berbagai kelompok seperti, kelompok wirausaha, kelompok tani, kaum muda-mudi dan sejumlah PNS dari berbagai instansi merespon positif. Diharapkan agar upaya pemberdayaan ekonomi tersebut dapat berjalan baik sehingga tidak hanya mencapai misi lembaga penyelenggara tapi juga untuk masyarakat luas. (*nes)