Zonalinenews-Ngada,- Peduli kaum Difabel atau kaum yang mempunyai gangguan fungsi tubuh dan mental masih jauh dari harapan.
Disaksikan Zonalinenews 23 Agustus 2016 di SLB Bajawa Jalan Yos Soedarso Kabupaten Ngada, Flores-NTT, dukungan sarana prasana SLB Ngada sangat memprihatinkan.
Selain pembagian ruang kelas kegiatan Belajar Mengajar siswa-siswi masih disekat triples dan atap sekolah bolong-bolong, kesiapan alat peraga sekolah untuk proses belajar mengajar nampak masih serba kekurangan. Kondisi ini juga terjadi dengan anak-anak kaum Difabel di tempat ini yang sangat kesulitan mendapatkan sentuhan bantuan kasih, sehingga dililit keterbatasan dalam keseharian mereka di lingkungan asrama maupun di sekolah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Siswi penyandang cacat tubuh, Fransiska Deru, Pelajar Kelas I SMPLB Bajawa kelahiran Kampung Boba Golewa mengisahkan kesulitannya sambil menitip harapan semoga ada peduli kasih dari segenap pihak untuk menolongnya dari keterbatasan fisik yang diderita.
Dia meminta bantuan kursi roda untuk dipakai dalam aktifitas keseharian secara khusus untuk mempermudah mengikuti kegiatan sekolah. Fransiska yang dititipkan di Asrama Citra Ngada dalam kesehariannya hanya bisa merangsak melalui lorong dari asrama menuju SLB yang berjarak ratusan meter guna mengikuti pelajaran sekolah.
Selain Fransiska, siswa lainnya, Pelajar Kelas I SDLB Bajawa, Karis juga mengalami keterbatasan cacat kaki, tidak mempunyai tongkat untuk membantunya berjalan menuju sekolah. Dua siswa ini menurut pihak sekolah dan pihak panti Citra Ngada, benar-benar membutuhkan uluran perhatian kursi roda dan tongkat. Hingga kini Fransiska dan Karis kesulitan mendapatkan meski sudah diupayakan pihak sekolah maupun Yayasan Citra Ngada.
Menurut Ketua Yayasan Citra Ngada, Robert Bhute, kesulitan yang menimpa Fransiska dan Karis sudah lama terjadi. Pasalnya, pihaknya sudah berupaya keras namun tidak berhasil. Dia menyampaikan harapannya kepada segenap pihak untuk berkenan membagi perhatian dan peduli kasih bagi Fransiska dan Karis berupa satu unit kursi roda bagi Fransiska dan sepasang tongkat untuk Karis.
“Nama saya Fransiska Deru, asal dari Boba. Sekarang saya Kelas I SMPLB Bajawa. Saya tinggal di Panti Citra Ngada. Biarpun seperti ini kondisi saya tapi saya rajin ke sekolah karena cita-cita saya mau jadi Suster untuk membantu sesama. Kalau ada orang mau berbaik hati, saya minta bantuan kursi roda untuk saya bisa pakai pergi ke sekolah dan tolong dengan tongkat untuk satu kawan saya namanya Karis karena dia juga cacat kaki dan kalau jalan setengah mati. Terimakasih sebelumnya untuk siapa saja yang mau menolong kami”, urai Fransiska.
Ditemui di SLB Bajawa, salah satu Guru SLB, Elsa Fernandez kepada Wartawan, 23 Agustus 2016, meminta dukungan semua pihak termasuk Pemda Ngada dan DPRD Ngada untuk SLB Bajawa. Diuraikan, ratusan kaum Difabel yang bersekolah di SLB Bajawa adalah anak-anak Indonesia, putera-puteri Ngada yang layak mendapat sentuhan kasih agar mereka tetap opitmis dan terlayani dengan baik kebutuhan belajar mereka di sekolah. (*wrn)