ZONALINENEWS.COM, MENIA – Ditengah gencarnya semua pihak mengkampanyekan untuk mengurangi emisi global dengan tidak merusak hutan sebagai paru-paru dunia namun masih ada oknum yang tega dan mengatakan dirinya sebagai koordinator budaya sehingga berhak melakukan penebangan pohon yang justru di hutan lindung serta oknum tersebut juga telah melakukan pengrusakan terhadap tempat yang disakralkan oleh masyarakat adat.
Demikian disampaikan Nestapa Collel Udju Lulu sebagai pemerhati lingkungan dan budaya di Kabupaten Sabu Raijua.
Berikut tulisan Nesta yang disampaikan ke media ini.
“KOORDINATOR BUDAYA ABAL-ABAL
Budaya adalah nafas bangsa Indonesia dan tiada seorangpun manusia Indonesia yang tidak berdampingan dengan budaya.
Sebuah ritual keagamaan suku yang dilakukan oleh setiap pemangku adat sebagai aktivitas minoritas yang bertanggung jawab dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat adat merupakan nilai budaya yang patut dihargai.
Namun penghargaan terhadap nilai yang dimaksud tidaklah penting bagi seorang JLR.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mengatasnamakan diri sebagai koordinator budaya, yang entah kapan diangkat oleh siapa melalui keputusan lembaga apa lalu sekonyong-konyong merusak Hutan Lindung di Ledepumulu yang sampai saat kasus tersebut masi didiami.
Tidak puas dengan pengrusakan hutan lindung, ia juga melakukan pengrusakan terhadap tempat yang sangat disakralkan oleh segenap masyarakat adat yang ada di wilayah Liae yakni Lede Bhode.
Katanya mau membangun rumah adat, pertanyaannya rumah adat untuk kepangkatan adat apa? dan untuk keperluan apa? .
Didorong oleh keinginan luhur, beberapa pemangku adat hendak membuat ritual “dhama lede bhode” sebagai tujuan pelepas murka atas kesalahan dalam pengrusakan tempat keramat yang dilakukan oleh JLR.
Namun koordinator budaya Ini mengancam akan menghunus pedang dan menyembelih siapa saja yang ada dalam ritual tersebut.
Koordinator budaya seperti apa yang melakukan tindakan tidak terhormat seperti ini?
Haruskah membalut serta kepentingan pribadi atas nama budaya dan merusak tatanan yang sudah ada sejak dahulu kala?
Mari kita memikirkan ini”. (*Tim)