Home / Tak Berkategori

Minim Perhatian, Petani Minta Pemkab Ngada Urus Lumpur Mataloko

- Reporter

Minggu, 6 Maret 2016 - 02:58

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kondisi Luapan lumpur di Desa Ratogesa, Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada

Kondisi Luapan lumpur di Desa Ratogesa, Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada

Kondisi Luapan lumpur di Desa Ratogesa, Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada
Kondisi Luapan lumpur di Desa Ratogesa, Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada

Zonalinenews-NGADA, Sejumlah warga tani, Desa Ratogesa, Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Flores, Tanggal 5 Maret 2016 Pukul 10.00 Wita di Kawasan Pertanian sektor selatan Kampung Turetogo, mendatangi media dan langsung menyampaikan rasa penyesalan akibat kurang keseriusan pihak-pihak berkompeten di tingkatan teratas  Pemritah Daerah (Pemda) Ngada dalam menangani musibah luapan lumpur panas yang makin hari kian rambah lahan pertanian warga.

Warga menduga telah terjadi manipulasi bantuan bencana untuk warga tani korban luapan lumpur panas Daratei Mataloko-Ngada. Mereka mengaku perhatian Pemerintah pernah ada yakni berupa Sarimi instan dan Beras. Pasalnya, sejak itu tidak ada lagi perhatian untuk warga tani korban luapan lumpur, khususnya warga tani yang memiliki ladang dan sawah terendam lumpur panas, dalam hal ini selaku korban langsung dari menjalarnya titik luapan lumpur baru di area pertanian mereka.

Kepada Wartawan, disebutkan, Marsel Watu Dhogo, Paulus Ladja, Stefanus Ghari, Laurens Uwa, Leonardus Kesu, Katharina Meka, Gerardus Dopo, Nikolaus Lege, Ari Reba, Mince Watu, Bene Deru, Meus Loga, Polikarpus Nua, Yuliana Nenu, Maria Baka dan Monika Molo adalah deretan warga tani dari Desa Ratogesa yang merupakan korban langsung, sebab lahan pertanian mereka tidak bisa digarap maksimal akibat adanya belasan luapan lumpur baru di kawasan pertanian setempat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Para warga tersebut menduga bantuan bencana juga tidak tepat sasaran, sebab selaku korban yang terkena langsung luapan lumpur panas di lahan pertanian mereka, mereka merasa selama ini telah dijadikan sebagai alasan untuk kepentingan tertentu tetapi hasil dari aspirasi mereka hanya dibalas berupa mie instan ataupun beras. Padahal, kata Warga Tani, pihak-pihak terkait sudah mengetahui warga kehilangan pijakan hidup dan butuh keseriusan penanganan masalah baik dalam jangka pendek, menegah ataupun untuk jangka panjang yang lebih menjawab kondisi nyata para petani selaku korban langsung luapan lumpur gas beserta belerang yang sudah rambah lahan pertanian warga.

“Kami punya tanaman yang dulu sebagai andalan hidup, sekarang tinggal kenangan saja. Orang-orang pintar datang kesini dan bilang aduh ini namanya fenomena alam. Jujur saja pa, kami tidak percaya omongan-omongan itu. Kalau fenomena alam, mengapa tidak dari dulu. Kami tinggal disini sudah dari dulu, jadi supaya tau, itu perusahaan bor apa kah itu, setelah mereka gagal bor di sumur bor yang dekat kantor mereka sebelah bawah, terjadi lah luapan lumpur disitu, lalu susul terus sampai seperti ini, kami kena juga mereka punya ulah itu. Lihat sendiri kebun-kebun kami rusak, tanaman kuning, tanah mungkin tidak subur lagi. Ini semua milik kami warga Ratogesa. Mereka dibawah sana itu hanya terima uang untuk bor itu lumpur lalu kami disini yang tadah lumpur-lumpur ini . Kalau ada bantuan datang, kami hanya nama diatas kertas saja Pa. Mereka hanya bawa janji, janji, janji tapi buktinya apa. Tanah-tanah ini sudah rusak tapi kami terpaksa buat kebun disini, karena mau harap apa lagi. Kerbau yang kami ikat juga mati karena tanah lembek lalu kaki kerbau masuk kedalam tanah dan lumpur sambar. Ada lagi kerbau lain yang jatuh kedalam lumpur, ada juga kerbau yang ikatnya di tempat sedikit jauh dari luapan lumpur tapi waktu pagi hari tuannya datang lihat kerbau sudah mati dalam posisi seperti sedang tidur. Itu kerbau mungkin tidur di tanah, mungkin karena keenakan hangat dari dalam tanah, rasa enak jadi tidur terus, wala, tau-tau tidak tau bangun-bangun, kerbau langsung mati. Waktu balik badan kerbau, setengah badan kerbau itu sudah masak macam kena panggang, padahal kami ikat kerbau itu agak jauh dari lumpur panas. Kami mau bilang apa lagi, hanya begini saja, hanya masyarakat kecil begini, di kota sana mana mereka mau tau dengan kami disini”, ungkap Paulus Ladja, Stefanus Ghari dan warga tani lainnya.

Pasalnya, selama ini cara memberi bantuan terhadap korban lumpur, juga kurang adil, sebab warga tani yang lahannya muncul luapan lumpur panas  justeru nomor dua-kan. Sementara, kata mereka, yang hanya kena dampak ikutan, justeru dijadikan prioritas.

Warga juga keluhkan pola bantuan sama rata atau tanpa melihat tingkat kerusakan akibat lahan pertanian dirambah luapan lumpur.

Warga menitip pesan kepada media untuk Bupati Ngada Marianus Sae, Wakil Bupati Ngada Paulus Soliwoa, Sekda Meda Moses, Ketua DPRD Ngada Helmut Waso dan semua pihak terkait untuk tidak mudah percaya informasi , tetapi mencaritau betul fakta-fakta lapangan sebelum mengambil langkah.

Warga berharap pemda dan DPRD Ngada mengambil langkah serius guna menangani permasalahan ini. Selain memberikan bantuan yang sifatnya talang sementara, mereka juga meminta tolong dibuatkan keputusan jalan keluar bagi para petani yang lahannya sudah jadi korban lumpur panas.

Warga mengaku cemas dan menduga kondisi tanah di daerah pertanian mereka sudah sangat rapuh atau mudah longsor ataupun tenggelam akibat lumpur panas yang terus bekerja dalam tanah dari waktu ke waktu. (*wrn)

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Nobar Film Tabayyun, NasDem Ajak Masyarakat Kota Kupang Tetap Pertahankan Prinsip Pribadi dan Kebenaran
Anggota DPR RI Viktor Laiskodat Gelar Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan
Dirut Perumda Pasar Kabur Saat Pansus DPRD Kota Kupang Turun Uji Petik Lapangan, Ada Apa?
Jelang Kunker Wakil Presiden di NTT, TNI – Polri Gelar Apel Siaga
Revisi Perda RTRW Untuk Menata Kota Kupang Lebih Baik Kedepan
Pansus DPRD Kota Kupang : Ada Upaya Mempersulit Izin PBG di Dinas PUPR Kota Kupang
Masyarakat Adat Suku Bajo di Pulau Kera Tolak Pembangunan Villa Milik PT. Pitoby Grup
Polres Rote Ndao Amankan 6 Orang Imigran Gelap Asal China, Sempat Terdampar di Perairan Batu Tua
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 8 Mei 2025 - 00:09

Dirut Perumda Pasar Kabur Saat Pansus DPRD Kota Kupang Turun Uji Petik Lapangan, Ada Apa?

Selasa, 6 Mei 2025 - 00:02

Revisi Perda RTRW Untuk Menata Kota Kupang Lebih Baik Kedepan

Minggu, 4 Mei 2025 - 13:21

Viral Aksi “Koboi” di Jalan El Tari Kota Kupang Ancam Tembak Pedagang Kopi

Sabtu, 3 Mei 2025 - 16:29

DPRD Kota Kupang Minta Dinkes Tingkatkan Kesejahteraan Bagi Kader Posyandu

Kamis, 1 Mei 2025 - 03:13

Dihantam Gelombang, ABK Perahu Tunas Harapan 03 Tenggelam dan Hilang di Laut TPI Oeba

Rabu, 30 April 2025 - 07:50

DPRD Kota Kupang Desak Pemkot Lakukan Reformasi Fiskal

Rabu, 30 April 2025 - 07:35

Jumlah Penduduk Kota Kupang Tahun 2024 Menurun Drastis, Fraksi PAN Desak Pemkot Lakukan Kajian

Selasa, 29 April 2025 - 19:09

Josef Nai Soi Akui Erwin Gah Sebagai Ketua PMI Kota Kupang

Berita Terbaru

Kegiatan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan MPR RI

Nusa Tenggara Timur

Anggota DPR RI Viktor Laiskodat Gelar Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan

Kamis, 15 Mei 2025 - 16:23

TNI-Polri Gelar Apel Siaga Jelang Kunker Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming

Nusa Tenggara Timur

Jelang Kunker Wakil Presiden di NTT, TNI – Polri Gelar Apel Siaga

Selasa, 6 Mei 2025 - 02:15

Slot Gacor Gampang Menang Dengan RTP Live Tertinggi
slot gacor