ZONALINENEWS.COM, JAKARTA – Melawan maraknya peredaran narkoba di Jakarta, Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Pusat AKBP Iverson Manosoh mengemukakan strategi “mengeroyok” dalam penanggulangannya.
Strategi ini memadukan tiga variabel pendekatan yaitu : soft power, hard power dan smart power, dengan mengerahkan semua sember daya dan potensi masyarakat
Pendekatan soft power tidak hanya sebatas edukasi dan sosialisasi, namun juga membangun ketahanan dan membentengi diri dengan menanamkan nilai-nilai agama dan sosial yang kuat, yang dimulai dari diri sendiri, keluarga hingga ke lingkungan kita berada.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Upaya ini diperkuat dengan hadirnya program Jumat Curhat Plus Bapak Kapolres Metro Jakarta Pusat setiap minggu, sebuah kegiatan rutin Polres Metro Jakarta Pusat di mana masyarakat dapat langsung beriteraksi, berdialog dengan jajaran kepolisian untuk menyampaikan keluh kesah dan aspirasinya, termasuk terkait isu narkoba.
Lebih lanjut, pendekatan soft power ini juga melibatkan pelajar, guru, karang taruna serta potensi masyarakat lainnya seperti ibu-ibu Jumantik dan PKK, FKDM, Tokoh Masyarakat dan Toko Agama, dan stakeholder lainnya untuk membangun ketahanan masyarakat secara menyeluruh.
“Pendekatan ini penting untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dan bebas dari narkoba,” jelas AKBP Iver di Media Center dan Studio Podcast Jurnalis Jakarta Pusat dan JCC Network, Rabu 22 Mei 2024.
“Siswa dan sekolah dapat menjadi agen edukasi dan sosialisasi bahaya narkoba kepada teman sebaya,” imbuhnya.
“Guru dapat berperan dalam memberikan materi pembelajaran dan pembinaan karakter kepada siswa. Karang taruna dan ibu PKK dapat membantu dalam kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat,” sambung Iver.
Kedua, lanjut pria asal Tahuna Sulawesi Utara itu, pendekatan hard power pun tetap dilakukan secara seimbang dan tegas terhadap bandar dan pengedar, termasuk melalui pendekatan penanganan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) untuk memiskinkan mereka.
Ketiga adalah pendekatan smart power memanfaatkan teknologi dan media untuk edukasi dan sosialisasi bahaya narkoba. Kolaborasi dan komitmen bersama yang kuat menjadi kunci utama.
“Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih lebih banyak orang baik daripada penyalahguna narkoba,” ujar AKBP Iverson.
Untuk itu Strategi dan implementasi membangun kolaborasi dan komitmen yang kuat dengan semua pemangku kepentingan menjadi kunci utama.
“Polri dan BNN tidak cukup, perlu melibatkan seluruh elemen masyarakat,” kata AKBP Iverson. Salah satu contohnya adalah program Kampung Tangguh Narkoba yang digagas oleh Polri.
Melalui strategi “mengeroyok” ini, diharapkan terwujud kampung-kampung di Jakarta Pusat yang bebas dari narkoba.
“Kita harus bersatu, bergandengan tangan, dan saling bahu membahu untuk memerangi narkoba,” tutup AKBP Iverson. (*una)