Zonalinenews-TTS,- Media Dapat Menjadi Corong Perubahan Pemahaman Atas Stigma Cacat Kelompok Disabilitas
hal ini Disampaikan Direktur YTB, Denimars Sailana, dalam kegiatan pelatihan jurnalis tentang inkulasi dan kesehatan mata di kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS).
Menurut Denimars Sailana, saat ini disabilitas penglihatan di TTS sesuai data Yayasan Tanpa Batas berjumlah 1.478 orang fakto yang memperngaruhi adalah trauma, kekerasan fisik atau benturan benda keras dan sebagainya, dan dari jumlah tersebut 85 % adalah katarak.
Dikatakan Denny, disabilitas harus punya posisi yang sama tidak perlu untuk diistimewakan, namun butuh pengakuan akan kesamaan hak. masih banyak orang yang belum mampu membedakan antara disabilitas dan cacat. sehingga terkadang dalam hal pengucapan atau penyampaian dan bahkan penulisan juga seolah olah ada pelabelan diskriminatif terhadap kelompok masyarakat disabilitas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Padahal menurut UU No.8 tahun 2016, penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, mental, Intelektual, dan atau sensorik dalam jangka waktu yang lama dan dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
Oleh sebab itu, kata Denimars Sailana media diharapkan dapat menjadi penuntun yang inklusif seperti seseorang non disabilitas yang mampu menuntun disabilitas yang mengalami disabilitas penglihatan.
Hal ini dikarenakan media sangat tajam dalam hal membangun pemahaman yang dapat merubah perilaku orang dalam hal membedakan apa itu cacat dan apa itu disabilitas dalam berkomùnikasi maupun dalam tulisab tulisan.
Sehingga menurut Denimars Sailana. media dapat menjadi corong dalam membangun perubahan paradigma atas stigma cacat oleh masyarakat.
Denny menjelaskan, YTB berencana melakukan pelatihan dalam hal peningkatan kapasitas pelayanan pemberdayaan bagi perawat dan dokter baik itu dokter umum namun dicoba walau di TTS belum ada dokter mata. sehingga dalam penanfaatan alat dapat sesuai dalam pelayanan.
Sementara itu Koordinator KIPDA Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS)Imanuel Nuban menjelaskan, KIPDA Melakukan pemetaan sesuai tugas devisi-devisi, baik itu divisi pemberdayaan hingga divisi advokasi dan melakukan pendampingan sesuai dengan sumberdaya yang ada bersama dengan para pemerhati disabilitas secara inklusif atas setiap kondisi yang dialami kelompok disabilitas di TTS.
Data disabilitas dipilah sesuai kelompok umur dan potensi diri disabilitas.
Kipda juga membangun jejaring guna melakukan pelatihan pelatihan terhadap kaum disabilitas baik itu pertanian, peternakan, perkiosan dan lainnya terutama manajemen pemasaran.
“Dari hasil pelatihan, saat ini anggota disabilitas ada yang sudah mandiri dan mampu berproduksi sesuai aktifitas yang digeluti,”tutupnya.(*Elli)