ZONALINENEWS.COM,
KUPANG – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menggelar diskusi terpumpun kolaborasi melawan disinformasi. Diskusi ini didukung Google News Initiative dan digelar di ruang
Kelimutu Hotel Sotis Kupang, Sabtu 16 September 2023.
Diskusi yang menghadirkan Adi Marsela dari AJI Indonesia dibagi dalam dua sesi. Masing-masing sesi diikuti 15 perwakilan instansi. Peserta diskusi ini adalah organisasi/lembaga yang berpotensi untuk kolaborasi dengan koalisi CekFakta.
Sesi pertama diikuti perwakilan dari
Sinode GMIT, MUI
NTT, Kwarda
Pramuka NTT, UPG 45, PHDI
Kota Kupang, WKRI, Muslimat NU, PSMTI, Walhi NTT, FKPT NTT, GAMKI NTT, PMKRI, Mafindo, BEM Unwira dan KAI NTT.
Sementara pada siang hari, diskusi diikuti perwakilan dari Keuskupan Agung Kupang, PW NU NTT,
Pemuda Muhammadyah NTT, Pemuda Katolik NTT,
Wanita GMIT Horeb, PW Aisyiyah, PW Fatayat NU, LBH Apik, FKUB NTT, GMNI Kupang, Garamin NTT, Peradi Kupang, HMI Kupang, Banser NU dan
GMKI.
Diskusi terpumpun dengan organisasi di wilayah ini untuk memperkuat kolaborasi melawan disinformasi menjelang tahun politik 2024.
Adi Marsela menyebutkan kalau jelang tahun politik 2024
informasi digital berkembang pesat, disinformasi telah menjadi ancaman yang semakin mengkhawatirkan bagi
masyarakat modern.
Penyebaran informasi
palsu atau salah secara sengaja melalui media sosial dan platform digital lainnya telah menyebabkan dampak yang merusak individu maupun masyarakat secara keseluruhan.
Disinformasi tidak hanya dapat mengancam demokrasi dan keamanan, tetapi juga dapat merusak reputasi organisasi, menyebabkan ketidakpercayaan pada lembaga publik, dan mengganggu proses pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh masyarakat modern ini, kolaborasi lintas sektor dan usaha bersama dari pemerintah, sektor swasta, lembaga media, dan masyarakat sipil menjadi krusial dalam melawan disinformasi dan memastikan kebenaran informasi yang lebih terjamin.
Persebaran disinformasi yang masif dan cepat melalui internet telah mengubah paradigma penyampaian informasi dan komunikasi di masyarakat.
Tren ini menciptakan ekosistem informasi yang kompleks, dimana informasi yang salah atau menyesatkan seringkali dapat dengan mudah menyebar.
Disinformasi dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti berita palsu, rumor, propaganda, dan manipulasi citra. Selain itu, perilaku algoritma di platform media sosial dapat memperkuat fenomena “filter bubble,” yang dapat membatasi akses pengguna ke perspektif dan informasi yang beragam, sehingga memperparah perpecahan dan ketidaksepahaman.
Untuk melawan disinformasi membutuhkan kerjasama antara para ahli
teknologi, akademisi, jurnalis, dan pengambil keputusan untuk mengembangkan pendekatan kolaboratif yang holistik dan efektif.
Pentingnya kolaborasi dalam upaya melawan disinformasi juga tercermin dalam tantangan yang dihadapi oleh upaya individu dan organisasi.
“Tanpa kerjasama dan koordinasi yang baik, potensi upaya mereka untuk menghadapi skala, kecepatan, dan ketepatan penyebaran disinformasi sangat terbatas,” tandasnya.
Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik yang menggabungkan upaya pencegahan, deteksi, dan penanggulangan disinformasi dengan kerjasama yang erat antara pihak-pihak terkait.
FGD sehari ini mengusung tema “Kolaborasi Melawan Disinformasi”, diharapkan menjadi platform diskusi yang produktif untuk merumuskan strategi bersama, memperkuat hubungan antarlembaga, dan membentuk aliansi untuk menghadapi tantangan disinformasi secara lebih efektif.
Diharapkan masyarakat dapat lebih berdaya dalam menghadapi disinformasi dan memastikan bahwa informasi yang diterima adalah akurat, terpercaya, dan berdampak positif.
Diskusi ini digelar AJI Indonesia bekerjasama dengan AJI
kota di 5 wilayah termasuk Kota Kupang untuk mendiskusikan ancaman disinformasi dan kolaborasi yang mungkin dilakukan.
“Kita mendorong adanya kolaborasi nyata antara organisasi/lembaga lokal untuk melawan disinformasi menjelang tahun politik 2024,” tandasnya.
Para peserta pun memberikan berbagai tanggapan terkait pengalaman terkait informasi bohong di wilayah serta dampak terburuk yang dirasakan terkait penyebaran informasi bohong.
Peserta juga menyampaikan tantangan yang dihadapi terkait melawan informasi bohong serta upaya yang dilakukan untuk melawan informasi bohong. (*y3r)
Penulis : y3r
Editor : Hayer Rahman