ZONALINENEWS.COM – SO’E, Kabupaten Timur Tenggah Selatan (TTS) Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahu 1950 hingga tahun 1970an dikenal salah satu kota penghasil buah Apel terbaik di NTT.
Diketahui waktu jaman itu, kualitas dan kelezatan buah apel yang dihasilkan dari salah satu kota dingin di Pulau Timur NTT itu mampu bersaing dengan apel dari wilayah lain di Indonesia.
Namun, pada tahun 1979 hingga 1980an nama buah apel asal Kabupaten TTS itu perlahan – lahan mulai menghilang seperti ditelan bumi. Sesuai hasil penelitian seluruh pohon buah apel di Kabupaten TTS tersebut mati karena terserang hama penyakit tanaman pohon apel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berbekal tekad yang kuat, Jhys Baok ( 55 ) salah seorang ASN pada Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten TTS mulai berusaha mengembangkan kembali apel SoE yang pernah jadi primadona di TTS pada waktu itu.
Di temui saat mengunjungi petani apel binaannya di desa Tobu dan desa Pubasu, Jhys Baok menceritakan bahwa ia mulai mengembangkan apel SoE kembali sejak tahun 2008 silam, dan ia bersyukur perlahan – lahan apel soe sudah bisa di kembangkan yakni jenis apel manalagi dan apel room beauty. Dimana apel jenis ini sangat cocok dengan iklim di Kabupaten TTS.
Selain itu ia juga berhasil menemukan jamur penyebab meranggasnya pohon apel yang terjadi pada beberapa waktu lalu, yang menyebabkan punahnya apel SoE.
Menurutnya, jamur Marsonina Coronaerea adalah penyebab matinya seluruh pohon apel di Kabupaten TTS.
“Marsonina Coronaerea adalah jenis jamur yang menyerang akar pohon apel segingga menyebabkan daun pohon apel tidak produktif, menguning dan lalu mati,”
“Sejak tahun 2008 lalu saya berusaha mengembangkan apel SoE kembali dan Puji Tuhan sekarang kami punya lahan di Desa Tobu dan Desa Pubasu yang mana para kelompok tani disana sedang mengembangkan apel SoE,” kata Jhys Sabtu 21 Agustus 2021.
Dia mengatakan, saat ini petani binaannya sudah menanam sebanyak 1000 pohon apel jenis manalagi dan room beauty.
“Untuk sekarang kami sudah menemukan penangkal jamur Marsonina Coronaerea yang menjadi penyebab mati seluruh pohon apel di TTS. Penangkal jamur Marsonina Coronaerea kita menggunakan campuran biologis yang kami namakan Basillus SP,” ungkap Jhys.
Jhys Baok bertekad untuk terus untuk melestarikan pohon apel SoE agar suatu hari kelak, SoE kembali menjadi daerah pengahasil apel seperti yang pernah terjadi di tahun 1960an tersebut. Bahkan ia juga memiliki visi menjadikan Desa Pubasu dan Tobu sebagai lokasi agrowisata apel pada tahun 2024 mendatang.
“Visi saya adalah kota Soe kembali menjadi lumbung apel dan saya berharap di tahun 2024 saat 1000 anakan yang kami kembangkan di desa Tobu kami harapkan bisa menjadi lokasi agrowisata baru di Kabupaten Timor Tengah Selatan,” pungkas Jhys.
Sementara itu salah satu warga Kota Soe, Wulandari Veronica berharap agar apel SoE jenis manalagi dan room Beauty yang di kembangkan oleh Jhys Baok dapat berhasil sehingga aroma apel soe dapat menjadi salah satu komuditas andalan TTS selain buah jeruk.
“Harapan kami sebagai masyarakat TTS kiranya usaha pak Jhys dan kelompok tani binaannya yang saat ini sedang berusaha melestarikan apel SoE dapat berhasil dengan baik. Sehingga SoE dapat kembali di kenal sebagai sentra apel satu – satunya di NTT dan dapat bersaing dengan komoditi lainnya seperti buah jeruk SoE yang sudah sangat familiar;” tutup Wulan. ( *rr/hayer)