Zonalinenews-Kalabahi,- Seprianus Malibu, (17) siswa SMA Pureman Kelas (X1), warga Desa Langkuru, Kecamatan Pureman salah satu korban yang selamat dari tragedi tenggelamnya KM Nusa Kenari 02 di perairan tanjung Margeta, Desa Margeta Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu 15 Juni 2019, pagi.
Seprianus mengisahkan KM Nusa Kenari berlayar (keluar) dari pelahuhan Dulionong sekira pukul 2 dini hari (pagi) dengan kondisi gelombang laut tenang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Dari pelabuhan sampai di Lola gelombang laut tenang, mesin pompa air juga stabil, ” katanya berlinang air mata, saat ditemui wartawan di kediamannya Kelurahan Welai Timur, Sabtu 15 Juni 2019 malam.
Lanjut Seprianus, setelah KM Nusa Kenari 02 keluar dari pelabuhan Dulionong, dan tiba di Lola kondisi kapal aman, namun sampai di Hirang sebelum tanjung Gereja gelombang mulai besar ( tinggi) dan dinamo sedot air tidak berfungsi (mati/rusak).
Semua anak buah Kapal ( ABK) kata Seprianus didapati sedang tidur. “sampai di Tanjung Gereja kapal kondisinya mulai di masuki air laut, sehingga Om Son (Jurangan) menyuruh dirinya membangunkan para ABK ,” katanya.
Setelah ABK bangun dan mendapati kamar mesin dipenuhi air laut , sehingga membuat para ABK kesulitan memasuki kamar mesin.
” Mesin pompa air laut rusak, ABK ambil ember dan timba air secara manual keluarkan air dari dalam kapal,” tuturnya
Yopi ( salah satu ABK), kata Seprianus, mencoba menghidupkan genset ( mesin) tapi tidak hidup,
“Karena Yopi tidak bisa kasih hidup (menghidupkan mesin), om Son suruh Yopi naik pegang (mengendalikan) kemudi. om Son coba kasih hidup (menghidupkan) genset, tapi tetap tidak bisa,” tutur Seprianus.
Saat itu, Seprianus mendengar penumpang di depan mengatakan berlabuh saja, tetapi karena panik ABK tidak mendengar.
Para ABK menurut Seprianus sementara menyedot air menggunakan ember. “Saya dan juragan saja. Yopi sedang kemudi Kapal. Yopi lurus saja bawa kapal menuju tengah luat ucap jurangan,” sebut Siprianus mengulangi peristiwi itu.
Setelah memasuki tanjung Margeta, Kata Seprianus, kapal sepertinya miring. Air laut terus masuk ke kapal.
“Om Son naik (menuju) arah kemudi memarahi Yopi, sambil mengatakan kapal sudah mau (dalam keadaan) tenggelam jangan bawah pi (pergi) ke tengah,” ungkap Seprianus mengulangi percakapan itu.
Seprianus langsung bergegas ke dek atas, setalah itu, Ia kembali turun menuju kamar mesin mencari pelampung (jirgen) namun tidak ada.
“Jirgen di dek bawah tidak ada, jadi saya naik mengeluarkan ( menumpahkan) isi solar yang berada dalam jirgen ( wadah). Saya tumpahkan dua jirgen”
“Setelah itu saya ingat mama dan nenek, lalu saya turun kasih bangun (membangunkan) untuk pegang jirgen ( sebagai pelampung), saya bilang Mama dengan nenek bangun, pegang ini jirgen, agar kapal tenggelam bisa selamat, kalau tidak bersama saya naik ke dek atas, ” katanya, sambil membujuk mama dan nenek yang sedang tertidur.
Tetapi nenek katakan ada gelombang jadi jangan jalan-jalan awas jatuh.
Seprianus tetap membangunkan Nenek dan Mama, namum keduanya tetap tidur. Seprianus langsung bergegas ke dek atas dengan membawa jirgen.
Pintu depan kapal, kata seprianus tidak tertutup dengan baik, sehingga air laut masuk. Selang beberapa menit kemudian pintu depan dihantam gelombang hingga tarlepas ke laut menyebabkan air masuk lebih banyak lagi.
“Saya kembali untuk melihat Nenek dengan mama , tapi sudah tidak ada, hanya ada tas. Tas itu yang saya ambil lalu naik ke dek atas. Saya liat Paman sehingga saya buang (berikan ) salah satu Jirgen ke Paman. Lalu saya ke Jurangan, sampai di Jurangan gelombang besar menghantam dek bagian atas sehingga dek terlepas ke laut. Kita semua melompat, saya liat di belakang hanya ada ratusan seng terapung, dalam hati saya bilang mama dan nenek selamat atau tidak”
“Saya berusaha sampai di darat, sesampai di darat saya lihat tidak ada orang di darat, saya sendiri. Saya lari ke darat menuju hutan, saya berteriak minta tolong tapi tidak ada perkampungan dekat situ, lalu saya kembali ke pantai,” cerita Seprianus, sedih.
Sampai di pantai, karena minum air laut, Seprianus langsung muntah. Dirinya takut dan kembali ke Kapal, saat itu situasi masih gelap. Seprianus duduk sampai terang barulah dirinya turun dari Kapal. Ia melihat tubuh Mama terapung namun dirinya tidak yakin itu Mama. “Beberapa saat kemudian ada yang katakan, .., itu tolong diambil. Saya turun lihat betul mama. Saya ikat tubuh mama dengan tali jangkar di jirgen setelah itu berenang bawah datang (membawa) ke bibir pantai”
“Tubuh Mama di hantam gelombang sehingga bajunya terlepas , saya buka baju saya menutupi tubuh mama. Kondisi mama sudah tidak bernapas, mama sudah meninggal (Matilda Sailana-Malibu ’40)” Tuturnya.
Setelah sampai didarat, lanjut Seprianus, om Son sudah berada di darat. “Saat saya dengan mama tiba di darat, saya lihat Om Son sudah ada di darat. Om Son katakan, anak bantu om dulu, om sudah setengah mati (sekarat) karena luka ditesta (jidat) terkena batu”
“Saya urut (obati) om Son, om Son tarik napas (desahan keras) hal itu membuat saya takut lalu saya mencari aqua mau kasih ( berikan) , tapi aqua disitu saya tes ( cicipi) sudah asin . Saya melanjutkan mencari Biskuit ( makanan ringan) untuk kasih (diberikan) ke om Son untuk di makan, ” Imbuh Seprianus.
Setelah itu, om Son katakan ke dirinya untuk mencari istri om Lukas. ” saya bilang om Lukas punya istri ada di pantai, om Lukas yang tidak ada. “Kalau begitu kata om Son pergi liat om Lukas dulu.,” tutur Siprianus.
Karena mencari sendiri takut, Seprianus mengajak om Son namum om Son saat itu tidak bisa bangun. “kita duduk tidak lama om Son bangun baru kita cari om Lukas,” Papar Seprianus Malibu.
Mereka, tambah Seprianus, mencari om Lukas, namun yang didapat tas kecil milik om Lukas. Sampai tanjung barulah didapati sepatu, coper tapi isinya kosong.
“Kita angkat semua barang dibawa ke darat, om Lukas punya maitua (Istri) suruh kita cari om Lukas, tapi kita cari sampai siang tidak dapat” Katanya.
Setelah itu, tambah Seprianus, om Son pamit mencari bantuan ke masyarakat di perkampungan terdekat. ” Masyarakat dekat situ datang, barulah saya minta kain untuk menutupi tubuh mama. Tidak lama kemudian Tim Basarnas tiba,” Tutupnya.
Informasi yang dihimpun Zonalinenews, KM Nusa Kenari II milik Pemkab Alor dengan rute pelayaran Kalabahi – Mademang kecamatan Alor Timur, karam di parairan tanjung Margeta, Kecamatan Abad. Kapal itu bermuatan Beras 10 Kg sebanyak 800 sak, Semen 40 Kg sebanyak 100 sak, Seng 150 lembar dan BBM 35 liter sebanyak 20 Jerigen. Kapal milik Pemerintah itu berlayar tanpa kantongi izin berlayar.(*Erson)