
ZONALINENEWS – Atambua, Sebanyak tiga proyek pekerjaan pembangunan jembatan diruas jalan Negara Timor Raya di Kabupaten Belu yang dikerjakan oleh PT. Maha Karya, mengunakan dana APBN Murni dengan nilai belasan milyaran rupiah terhambat karena kekurangan stok material sehingga seluruh aktifitas buruh lapangan juga ikut terhambat.
Salah seorang buruh proyek Bambang mengungkapkan, kekurangan penyediaan stok material yang disediakan oleh perusahaan tersebut menjadi faktor keterlambatan seluruh aktifitas pembagunan jembatan.
Menurutnya, Pekerjaan tersebut terlambat sejak awal. Pasalnya, sesuai kontrak yang seharusnya pekerjaan dilakukan bulan Mei 2015. Namun pekerjaan baru dilakukan pada bulan Agustus 2015 lalu sehingga tiga jembatan tersebut rata – rata volumenya baru mencapai 10 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Seharusnya pekerjaan ini ketika telah masuk pada bulan Oktober volume pekerjaannya harus mencapai 70 persen kerana pekerjaan ini hanya dikerjakan 210 hari kalender, “kata Bambang kepada wartawan dilokasi proyek, Sabtu, 17 Oktober 2015, pukul 15.30 wita.
Dikatakan, pekerjaan tersebut dilakukan pada bulan agustus yang lalu itupun pekerjaan baru di awali dengan pekerjaan pembukaan akses jalan alternatif untuk kendaraan yang akan melintasi jalur tersebut sehingga material yang harus digunakan juga ikut terhambat. “Pekerjaan yang sudah dilakukan beberapa bulan lulu hingga saat ini baru memasuki pada tahap pekerjaan besi beton untuk dicor sebagai tiang penyangga jembatan yang harus memakan waktu satu bulan sehingga baru bisa dilanjutkan dengan pekerjaan pemasangan Gelder jembata. Dan untuk menjelesaikan pekerjaan jembatan ini sendiri masih banyak tahapan – tahapan yang harus diselesaikan apa bila kondisi penyediaan stok material masih kurang bisa berdapak pada penyelesaian pekerjaan ini pada bulan Desember 2015 mendatang,” ungkap dia.
Pekerjaan tersebut selain kekurangan pada stok material katanya, keterlabatan pekerjaan tersebut juga karena pembayaran upah buruh yang macet sehingga seluruh buruh kerja sangat tidak maksimal. “Kita tidak bisa kerja maksimal karena upah yang sering kita terima dari perusahaan sendiri terlambat bahkan macet pembayaran hingga berbulan – bulan lamanya,” jelas Bambang.
Sementara itu ditempat berbeda salah satu warga Desa Tasaing Kecamatan Raimanu Kabupaten Belu Lius Colo mengatakan, keterlambatan dalam pekerjaan jembatan – jembatan tersebut sangat menggangu kelancaran arus tranportasi antara kabupaten didaratan timor yang melalui jalur tersebut.
“Keterlambatan pekerjaan jembatan ini juga bukan saja berdampak pada arus transportasi tetapi ini juga bisa berdampak pada kecalakaan lalulintas disaat malam hari jalur ini sangat gelap dan pekerjaan yang dilakukan tidak ada dipasang rambu peringatan yang menandai jalur tersebut sementara dilakukan proyek pekerjaan jembatan. Dengan adanya pekerjaan ini hampir setiap malam ada kendaraan roda dua maupun roda empat yang melintasi jalur ini mengalami kecalakaan lalulintas kerena kaget melihat material proyek. Dan saya sangat bersyukur dengan beberapa kali kejadian laka lantas ditempat ini hanya kejadian kecil saja sehingga tidak ada korban jiwa,” katanya. (*hayer)