
Zonalinenews-Kupang,– Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Timur (Kejati NTT) beberapa waktu lalu akan melaporkan Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) NTT ke Kejaksaan Agung (Kejagung) RI. Laporan tersebut berkaitan dengan dugaan perintah Kepala BPN NTT ke Kepala BPN Rote Ndao, untuk tidak mengajukan kasasi atas putusan PN Rote Ndao dan PT Kupang terkait kasus perdata antara masyarakat Rote Ndao dan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Rote Ndao serta BPN Rote Ndao.
Atas pelaporan tersebut Kepala Kanwil BPN NTT, Drs Josias Benyamin Lona membatah tundingan tersebut, jika dirinya yang memerintahkan Kepala BPN Rote Ndao, agar tidak menyatakan kasasi.
“Itu tidak benar, saya tidak pernah perintah Kepala BPN Rote Ndao untuk tidak menyatakan kasasi dalam kasus perdata antara BPN Rote Ndao dan Masyarakat Rote Ndao, “ kata Kanwil BPN NTT, Josias Lona kepada wartawan diruang kerjanya, Minggu 2 Agustus 2015 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saya minta bukti Jika memang dirinya yang telah memerintahkan Kepala BPN Rote Ndao agar tidak mengajukan kasasi dalam kasus itu, Lanjutnya dirinya meminta bukti apapun yang menyatakan bahwa dirinya yang telah memerintahkan Kepala BPN Rote agar tidak mengajukan kasasi.
“Saya tidak pernah perintah. Saya tegaskan bahwa saya tidak pernah perintah Kepala BPN Rote Ndao agar tidak ajukan kasasi, Jika pernah saya minta bukti bahwa saya pernah perintah Kepala BPN Rote Ndao, “ kata Lona.
Lona mengaku, dirinya hanya meminta kepada Kepala BPN Rote Ndao, agar dapat mencari jalan keluar atau solusi yang terbaik untuk menyelesaikan sengketa lahan itu antara masyarakat dan BPN Rote Ndao, bukan memerintah Kepala BPN Rote agar tidak kasasi.
Dikatakan Lona, jika memang Kejati NTT hendak melaporkan dirinya ke Kejagung RI, dirinya selaku Kanwil BPN NTT, mempersilahkan Kejati NTT untuk melaporkan dirinya. Namun, dirinya meminta bukti jika dirinya telah memerintahkan Kepala BPN Rote agar tidak ajukan kasasi.
“Mau kasasi, pasti hasilnya sama saja. Pasti BPN Rote juga tetap kalah. Soalnya semua bukti dan saksi-saksi nyatakan kalau itu tanah masyarakat bukan pemda rote ndao, “ terang Lona. Terkait dengan penerbitan 40 sertifikat itu, lanjut Lona, itu merupakan permintaan dari DPRD Rote Ndao dan Bupati Rote Ndao, Leonard Haning kepada BPN Rote Ndao. Ditambahkan Lona, antara BPN dan Pemda Rote Ndao ada kerja sama tentang pemerbitan sertifikat. Untuk itu, lanjutnya, mengenai 40 sertifikat yang telah diterbitkan oleh BPN Rote Ndao, akan dibatalkan oleh BPN Rote Ndao. Pasalnya, dalam penerbitan sertifikat itu terjadi kesalahan dan dianggap 40 sertifikat itu cacat hukum.
“Apa susahnya batalkan 40 sertifikat itu. Itukan sudah cacat hukum jadi BPN Rote Ndao akan batalkan secara hukum terhadap 40 sertifikat itu, “ kata Lona.
Dalam kasus itu, sambungnya, ada pengakuan dari Bupati Rote Ndao, Leonard Haning bahwa memang benar tanah itu bukanlah tanah Pemda Rote Ndao namun tanah milik masyarakat Kabupaten Rote Ndao.
Kajari Ba’a, Agus Sahat Lumban Gaol yang dihubungi wartawan, mengatakan mengenai masalah perintah Kepala BPN NTT, Josias Benyamin Lona dan Kepala BPN Rote Ndao merupakan masalah internal di dalam BPN sendiri. Dirinya tidak mungkin mencampuri urusan rumah tangga orang. “Soal perintah Kepala BPN NTT kepada Kepala BPN Rote saya dengar. Tapikan itu urusan rumah tangga mereka saya tidak bisa campuri sejauh mungkin, “ kata Agus.
Sebelumnya diberitakan Kasi Penkum dan Humas Kejati NTT, Ridwan Angsar, SH, kepada wartawan diruang kerjanya, Kamis 30 Juli 2015 mengatakan Kejati NTT segera melaporkan Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) NTT ke Kejagung RI.
Dijelaskan Ridwan, kepala BPN NTT segera dilaporkan ke Kejagung RI berkaitan dengan perintah dirinya kepada Kepala BPN Rote Ndao, untuk tidak mengajukan kasasi atas putusan PN Rote Ndao dan PT Kupang terkait kasus perdata antara masyarakat Rote Ndao dan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Rote Ndao serta BPN Rote Ndao.
“Kami akan laporkan Kepala BPN NTT ke Kejaksaan Agung (RI) karena atas perintahnya kepada Kepala BPN Rote Ndao untuk tidak ajukan kasasi atas putusan PN Rote Ndao dan PT Kupang, “ kata Ridwan.
Ditegaskan Ridwan, karena perintahnya kepada Kepala BPN Rote Ndao, maka kasus perdata yang dimenangkan oleh masyarakat Rote Ndao menjadi inkrah atau berkuatan hukum tetap. Seharusnya, tambah Ridwan, BPN Rote Ndao bisa mengajukan kasasi dan mungkin saja putusannya akan berbeda dengan PN dan PT.
“Jika saja BPN Rote Ndao ajukan kasasi atas putusan Pengadilan Negeri (PN) Ba’a dan Pengadilan Tinggi (PT) Kupang, mungkin saja putusannya akan berbeda, “ kata Ridwan.
Menurut Ridwan, sesuai informasi yang diperoleh dari kejari Ba’a, Kepala BPN NTT memerintahkan Kepala BPN Rote Ndao untuk tidak boleh mengajukan kasasi. Hal ini, telah menghambat proses hukum dalam kasus itu, sehingga Kejati NTT akan melaporkan Kepala BPN NTT ke Kejagung RI. “Perintah dari Kepala BPN NTT kepada Kepala BPN Rote Ndao untuk tidak boleh ajukan kasasi itu kami peroleh dari kejaksaan Negeri (Kejari) Ba’a, “ kata Ridwan.
Ditegaskan Ridwan, perbuatan Kepala BPN NTT dengan memerintahkan Kepala BPN Rote Ndao untuk tidak mengajukan kasasi lagi telah menghambat proses penyidikan sehingga dapat dikenakan Pasal 21 KUHP.
“Kami akan laporkan dengan alasan telah menghambat proses penyidikan dengan dikenakan Pasal 21 KUHP dan itu hukumannya sangat berat, “ tegas Ridwan. (*venya)