Zonalinenews-Lembata,- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lembata melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, menggelar Festival Guti Nale yang dilaksanakan di desa Pasir Putih, Kampung Mingar Kecamatan Nagawutung Kabupaten Lembata Propinsi NTT, 15-16 Februari 2020.
Nale merupakan sejenis cacing yang muncul di pantai ini dan dipercayai
masyarakat di desa Pasir Putih sebagai pembawa rejeki, keselamatan, kesuburan, dan hasil panen yang baik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Upacara Guti Nale dilakukan di tempat ritual Nale yang oleh warga setempat disebut Koker Nale di Desa Pasir Putih. Upacara ini dilakukan tiap tahun di Pantai Pasir Putih Mingar pada akhir bulan Februari.
Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur dalam acara seremonial pembuakaan yang berlangsung di desa Pasir Putih, Sabtu 15 Februari 2020 menjelaskan tujuan kegiatan ini untuk menjaga tradisi budaya, agar tetap berjalan dan secara turun temurun tetap dijaga.
“Tradisi ini bukan hanya untuk orang tua saja, tetapi anak-anak muda yang menjadi pilihan orang tua bisa menggantikan posisinya kedepan,”ungkap Bupati Lembata.
Lanjutnya kegiatan ini merupakan salah satu strategi Eksploitasi secara ekonomi, yaitu
pengembangan atraksi yang dinamakan Festival Guti Nale.
Pantauan Zonalinenews Sabtu,15 pebruari 2020 pagi, festival Nale 2020. warga dipimpin Andreas Puri Papang dari suku Ketupapa dan Paulus Pati Kabelen, dari Suku Atakabelen memberikan sesajian kepada enam sosok leluhur yang berjasa kepada masyarakat Mingar, Desa Pasir Putih, Kecamatan Nagawutun, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.
Nale adalah sejenis cacing laut berwarnah hijau dan cokelat serta sangat halus. Namun warga lokal setempat percaya, Nale adalah ikan atau rejeki yang dibutuhkan dari alam gaib (Duli), untuk memberi makan warga yang sangat membutuhkan makanan di wilayah tersebut.
Dalam Setahun Penduduk Lembata Bertambah 1.176 Jiwa
Namun, “Duli” adalah daerah di Kabupaten Alor Propinsi NTT, sebagai tempat asal Serona dan Serani, pembawa Nale ke wilayah Mingar, Desa Pasir Putih.
Orang tua Belawa dari Suku Atakabelen dan Belake dari Suku Ketepapa menceritakan Ritual pertama dilakukan di Duang Waitobi atau koker Nale.
Tempat yang dikenal warga lokal sebagai rumah tempat tinggal Serupu dan Srepe, Istri dari Srona Serani, dua tokoh mistik yang bisa didapat dari Duli.
Ritual adat memberi makan atau sesajian kepada Serupu dan Serepe yang dipimpin Andreas Puri Papang dari suku Ketupapa. Sesajian yang diberikan terdiri dari nasi hitam dan isi perut ayam ditambah tuak putih.
Ritual kemudian dilanjutkan di Duli Ulu. Duli Ulu adalah tempat disemayamkan tengkorak Srona dan Serani, dua gambar pria yang diterima dari Duli dan dibawa serta ke wilayah itu. Ritual lanjutan Terkait, ditandai makan atau sesaji untuk leluhur disampaikan dalam bentuk syair menurut Bahasa lokal.
“Pito Lau buto Ia, Buto Lau Siwa Ia, lili sala lere, kama guti ika Nale, bawata ika ju alias, je nau, lau alias, ju geji, kusak ke kokere, kama guti para ribu ratu, kide knukak, tuak blurek ka Lewo Tite ia malu mara, ” demikian syairnya.
Prosesi dilanjutkan di kubur orang tua Belawa yang terletak di pantai Watan Raja, Desa pasir Putih. Ritual ini dipimpin oleh Paulus Pati Kabelen dari Atakabelen.
Menurut warga lokal, Orang Tua Belawa, dari Suku Atakabelen dan Belake dari Suku Ketepapa, bermukim di kampung Mingar Lama kala itu. Konon, kedua leluhur ini kembali jam 4 pagi dari membeli.
Saat mendengar gongongan anjing di pantai, bertemulah pasangan dengan dua tokoh pria bernama Serona dan Serani, sedang duduk di atas pohon Pandan di pantai Watan Raja, Desa Pasir Putih saat ini.
“Kami jalan jauh dari padang, kami jauh dari Duli. Kami datang bersama ikan Nale,”demikian Serona dan Serani datang dari usul dan berasal ke kampung Mingar.
Keempatnya kemudian berjalan kaki menuju ke kampung lama Mingar. Serona dan Serani membawa serta Nale ke kampung tersebut kemudian membawa warga lokal untuk mengonsumsi Nale.
Saking banyaknya, warga juga bisa menjual Nale hingga ke wilayah lain di Lembata.
Ritual adat memberi makan atau sesajian kepada leluhur itu berakhir di kubur orang tua Belawa yang terletak di pantai Watan Raja, Desa pasir Putih. (*Rita Senak)