Di Kupang Barat Siswa Sekolah Beratapkan Daun Gewang

Zonalinenews, Oelamasi – Siswa SD Onitua, Desa Tesabelah, kecamatan Kupang Barat, Kabupaten kupang, dizaman kemerdekaan saat ini, belum merasakan kemerdekaan. Bagi, 130 siswa yang berjumlah 6 rombel tersebut, merasakan kemerdekaan jauh dari harapan dan impian. Kemerdekaan yang dirasakan seakan jauh dari kenyataan kehidupan. Ke 130 siswa saat ini seakan terjajah dengan sistem pendidikan nasional. Yang mana, 130 siswa ini masih belajar dan menerima pendidikan dibawah daun gewang sebagai atap sekolah, tanah sebagai lantai dasar, serta dihiasi dengan sebuah papan whiteboard yang turut membuktikan bahwa negara ini telah merdeka.

Ruang kelas tidak berbeda dengan ruang guru, dan kepala sekolah, hingga fasilitas sekolah setelah kegiatan belajar mengajar harus dibawah pulang karena keamanannya diragukan. Fasilitas sekolah seperti komputer, printer dan sarana prasarana lainnya harus diamankan. Sungguh menyedihkan kehidupan pendidikan di Kecamatan Kupang barat, Kabupaten kupang. Bagaimana mungkin dunia pendidikan akan maju jika masih ada siswa yang harus belajar dibawah atap sekolah daun rumbia dan ketika datang hujan harus segera mengkemas buku-buku mereka.

Bukan saja SDN Onitua tapi hal yang lebih rusak dialami oleh SDN Batu Esa. Kondisi SDN Batu Esa memiliki 3 RKB Permanent dan 1 ruang perpustakaan. Sementara untuk 2 ruang belajar, para siswa harus menyiapkan tenaga ekstra, pasalnya, setelah dan sesudah KBM para siswa harus memasukkan dan mengeluarkan setiap kursi,meja, papan tulis serta kelengkapan alat KBM lainnya. Begitu juga, selesai KBM, kembali para siswa me,adukkan bangku, meja, kursi dan papan kedalam ruang yang kelasnya permanent.

Atap dan lantai tidak berbedah jauh dengan SDN Onitua, namun kondisinya jauh lebih rusak berat. Dimana, atap SD Batu Esa, sudah tidak karuan. Sementara itu, dinding sebagian besar sudah rubuh dan jatuh. Namun, dalam kondisi seperti itu, siswa masih saja belajar menikmati pelajaran.

Ketika ditemui, Sabtu, 5 Maret 2016 sekitar pukul 10.23, Kepala sekolah SDN Onitua, Ayub Labagai mengatakan bahwa walaupun SDN Onitua dalam kondisi memperihatinkan namun sebagai pengajar bangga atas kesadaran anak – anak Tesabela dan sekitarnya untuk belajar. Anak-anak tidak pernah minder dengan kondisi sekolah yang saat ini dirasakan.

Dikatakan bahwa SDN Onitua didirikan pada 4 April 2013, alasan berdirinya SDN Onitua atas pertimbangan jarak tempuh yang harus dilewati oleh anak-anak setiap hari. Atas pertimbangan tersebut para orang tua mengambil inisiatif untuk mendirikan sekolah dengan kondisi seadanya.
Kemudian tahun 2015, ada bantuan pemerintah kabupaten kupang melalui dana DAK dibangun 3 ruang RKB. Jadi ruang RKB yang sudah ada digunakan 3 kelas untuk melakukan KBM. Sementara untuk 3 kelas lainya masih disekolah yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat.
” ada 3 ruang yang dibangun dengan dana DAK tahun 2015, total anggaran pembangunan Rp 200.000.000; ( dua ratus juta rupiah). ,” tutur Labagai.

Dikatakan lebih lanjut, sekolah merupakan pusat budaya dan informasi perkembangan teknologi sehingga perlu ada perpustakaan yang bisa digunakan anak dalam menggali berbagai sumber informasi. Sebab, saat ini SDN onitua belum memiliki perpustakaan. Bukan saja, perpustakaan tapi juga WC dan ruang guru serta perlengkapan lainnya.

” untuk tenaga pengajar, saat ini berjumlah 8 orang tenaga pegajar dan satu orang penjaga sekolah. untuk guru PNS ada 3 orang, orang honor kontrak daerah dan 2 orang tenaga honor komite,” jelas Labagai.

Dirinya berharap di tahun anggaran 2016 ini, pemerintah kabupaten kupang bisa menganggarkan anggaran untuk sekolahnya agar digunakan untuk melakukan pembangunan. Selain pemerintah, dirinya juga berharap agar pihak ketiga atau pendonor yang mendonorkan segala sesutu bantuan agar dapat melakukan perbaikan terhadap tempat belajar di desa tesabela, kecamatan kupang barat.

Sementara, Kepala Sekolah SD Batu Lesa, Otniel Batuk mengatakan bahwa sejak menjadi kepala sekolah dirinya telah mengusulkan bantuan ke dinas pendidikan pemuda dan olahraga agar diberikan bantuan pembangunan sekolah. Namun, sampai dengan saat ini tidak ada perhatian Pemkab kupang. Sehingga, walaupun belajar dalam pondok seperti ini namun selalu didorong seluruh anak didik untuk belajar.

Dirinya hanya menyesal dengan sikap PPO kabupaten kupang, sebab, ada sekolah yang bergelimang fasilitas yang bagus tapi masih saja diberikan bantuan. Sementara, sekolah yang sangat mengharapkan bamtuan tidak diperhatikan sama sekali. Ada perbedaan yang kentara di kabupaten kupang.

” Saya pernah dijanji oleh salah satu staf dinas PPO kabupaten kupang bahwa akan mendapat bantuan Dana DAK tahun 2015, tapi tidak ada. Ketika saya tanya staf tersebut mengatakan bahwa akan mendapatkan di tahun 2016,” kata Batuk. (*paul)