Zonalinenews-Kupang,- Berawal pada tahun 1990, seorang pengusaha bernama Hengki Lianto mulai mendirikan sebuah perusahaan PT. Timor Mitraniaga yang bergerak di bidang perkebunan yakni penyedia bibit tanaman kakao, kopi jambu mete, vanila serta kelapa yang meliputì berbagai wilayah di pulau timor hingga Dili ( kini Timor Leste ), saat itu Hengki Lianto ditantang oleh Dirjen Perkebunan saat itu untuk berinvestasi membangun PBSN atau Perkebunan Besar Swasta Nasional, khususnya kakao, maka dengan visi yang sudah ada dalam pemikirannya, iapun segera mengurus ijin dan mendapat ijin prinsip dari BKPM RI dan Menteri Pertanian. Lahan pertama yang didapat yaitu di Kabupati Malaka di desa Wederok (dulu masih bergabung dengan Kabupaten Belu ) seluas 85 Ha dan di desa Alas Selatan seluas 100 Ha, serta di Desa Gaura Kabupaten Sumba Barat seluas 185 Ha.
Semua lahan itu di berikan pelepasan hak oleh pemiliknya kepada negara dan untuk selanjutnya di berikan Hak Guna Usaha (HGU) kepada PT. Timor Mitraniaga milik Hengki Lianto, lalu tak lama kemudian Hengki Lianto diangkat menjadi salah seorang tokoh adat Sumba Barat dengan gelar Rato Bani (Bani Haingu) dan istrinya Meike Tandayu mendapat gelar kehormatan Rato Bange (Bange Lida).
“Lahan di Pulau timor itu di mulai tahun 1993 sedangkan lahan di sumba barat digarap satu tahun kemudian pada 1994, pada awalnya usaha ayah saya di pandang sebelah mata, karena menurut orang- orang tanah itu kelas tiga, tidak produktif, dan akan membuang uang saja kata mereka, namun dengan doa, tekad, dan kerja keras, ayah saya memetik hasilnya perlahan- lahan dari kebun kakao kami di sumba dan malaka, seperti saat ini kami bisa menghasilkan produk coklat ghaura yang berasal dari kebun kami di pulau timor dan sumba,”ujar Bobby Lianto yang merupakan anak kandung Hengky Lianto, di ruang kerjanya Selasa ( 23/02/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dilanjutkan Bobby Lianto saat usaha ayahnya berjalan, ada dua kisah peristiwa iman yang terjadi, yaitu saat wabah belalang kembara di Sumba pada medio 1998 yang melahap habis tanaman pertanian di pulau itu, mulai dari Sumba Timur hingga Sumba Barat, namun ajaibnya belalang kembara tersebut memakan rumput ilalang di kebun kakao mereka, bahkan banyak belalang yang mati dan menjadi pupuk alami bagi tanaman kakao yang ada di lahan itu.
Tak cuma itu dikisahkan Bobby pada tahun 2000 di kabupaten Belu juga terjadi banjir besar yang menerjang wilayah tersebut dan mengakibatkan banyak korban jiwa, namun ajaibnya para pekerja dan lahan kakao mereka selamat dari bencana banjir itu, hal itupun menurut Bobby merupakan kebaikan Tuhan, manakala mengubah bencana menjadi berkah.
“Saya tidak pernah lupa akan dua kejadian itu yakni serbuan belalang kembara di sumba dan peristiwa banjir bandang di Belu, hal itu membuat iman kami bertumbuh bahwa Tuhan sangat baik mengubah bencana menjadi berkah bagi usaha kami, bahkan sekitar 300 pekerja kami di Sumba yang saat itu masih menganut kepercayaan marapu (aninisme) langsung bertobat dan menganut agama kristen, saat peristiwa itu berlalu dan mereka melihat mujizat Tuhan terjadi,”kenang Bobby Lianto.
Kini Ghaura Chocolate, telah memproduksi cokelat berkualitas premium yang menggunakan biji cokelat dari perkebunan yang ada di pulau Sumba dan Malaka. Bahkan pada tahun 2015 lalu, biji kakao gaura mendapat penghargaan pada International Cocoa Award sebagai salah satu kakao terbaik di dunia yang diselenggarakan di Perancis. Yang membuat biji kakao asal indonesia untuk pertama kalinya mendapat pengakuan dari dunia internasional di bidang ini.
Menindaklanjuti penghargaan ini, maka pada 30 Oktober 2019, bersama Gubernur NTT Viktor Laiskodat dan Dubes RI untuk Perancis, PT. Timor Mitraniaga yang diwakili oleh Hengky Lianto dan Leimena Djiauw melakukan launching coklat ghaura saat mengikuti pameran coklat dunia ” Salon Du Chocolate” di kota Paris Perancis.
Menurut Anthy Darisang selaku Manager Ghaura Chocolate Factory,
Keistimewaan dari cokelat ghaura sendiri terletak pada cita rasanya. Sama halnya seperti kopi, cokelat yang berasal dari tiap-tiap daerah– atau single origin, maka coklat ghaura yang berasal dari biji kakao asal Sumba dan Malaka, diolah dengan mesin canggih dan steril di setiap tahapannya sehingga menghasilkan produk coklat aneka rasa yang lezat dan steril.
“Mungkin Inilah yang membuat cokelat ghaura begitu istimewa, dimana resep dan cara mengolahnya dilakukan oleh tenaga profesional dan sangat steril dengan mesin modern, sehingga cita rasanya tetap terjaga, dan sudah terbukti mampu berkiprah di kancah internasional, seperti pada tahun 2015 lalu di perancis,” ujar Anthy.
Ditambahkan Anthy, saat ini mereka mampu memproduksi coklat 30 Kg setiap harinya dalam berbagai varian rasa, dan saat ini di kirim dalm selang waktu 2 hingga 3 minggu sekali ke pasar di pulau jawa khususnya Jakarta dan Surabaya, namun tidak lupa pasar lokal di kota kKupang, pulau Sumba dan kota lainnya tetap di pasok olehnya.
“Dari pabrik kecil ini (Ruko Samping Toko Glory Oepura Kupang) kami memproduksi 30 Kg coklat setiap harinya dengan berbagai varian rasa, dan kami pasarkan ke pulau jawa yakni jakarta dan surabaya, namun pasar lokal sperti Kupang, Sumba dan pulau lainnya tetap masuk pangsa pasar kami,”tutup Anthy. (*RR)