Bidan Dewi 3 Kali Pingsan, Saat Akan Dimasukan Ke Sel Tahanan

Zonalinenews-Kupang, Setelah dinyatakan sehat dan diperbolehkan pulang oleh dokter RS Bhayangkara, Kamis 28 Januari 2016 sekitar pukul 13:00 Wita, tersangka Kasus Aborsi bidan Dewi S. Bahren langsung dijemput penyidik Polres Kupang Kota, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Tiba di Mapolres Kupang Kota, pada pukul 15.30 wita Bidan Dewi yang didampingi suami, kuasa hukum dan keluarganya beristrahat sejenak di ruang Buru Sergap (buser) Polres Kupang Kota. Setelah itu penyidik membawa tersangka memasuki ruang tahanan. Saat tersangka akan dimasukkan ke sel tahanan Polres Kupang Kota, tiba-tiba tersangka Dewi langsung jatuh pingsan. Penyidik pun langsung membopong tubuh tersangka untuk dibaringkan ke atas sofa.

Usai sadarkan diri, tersangka diberikan makan dan minum sebelum digiring ke sel tahanan. Baru berjalan sekitar 8 meter, tersangka kembali jatuh pingsan. Tersangka pun terpaksa harus dibopong lagi oleh penyidik ke ruang lobi depan polres Kupang Kota.

Usai beristrakat sekitar 5 menit tersangka pun sadar dan kembali digiring ke sel tahanan Polres Kupang Kota. Masuki ruang tahanan, tersangka kembali pingsan dan terpaksa harus kembali beristirahat sekitar 4 menit. Usai sadarkan diri dengan bantuan penyidik tersangka dimasukkan ke dalam sel tahanan.

Kapolres Kupang Kota AKBP Budi Hermawan yang dikonfirmasi melalui Kasat Reskrim Polres Kupang Kota AKP Didik Kurnianto mengatakan bahwa penahanan tersangka melanjutkan massa tahanan. Hal ini dilakukan guna mempercepat proses pemberkasan kasus tersebut.

“Rabu kemarin  27 Januari 2016  Siti Nuraini Nurdin alias Narsi yang merupakan ibu dari bayi aborsi dengan pelaku Dewi Bahren sudah kembali kami periksa. Direncanakan jumat 29 Janaurai 2016 bidan Dewi pun akan kembali kami periksa terkait temuan bukti baru di tempat prakteknya di kawasan pasir panjang,” ungkap Didik.

Ketika disinggung terkait hasil pemeriksaan terhadap Narsi, Didik mengatakan Narsi mengakui bahwa dia tidak pernah berniat membunuh janin tersebut. Namun karena kondisi sang janin yang lemah mengharuskan janin itu untuk dikeluarkan.

” Dia mengaku pada Hari Minggu 17 Janauri 2016 lalu,ia bersama ibunya bernama Mariam mendatangi klinik bidan Dewi untuk berkonsultasi, dan berdasarkan pemeriksaan bidan Dewi, bahwa kondisi janin itu tidak berkembang serta denyut jantung dari janin itu tidak terekam.

Oleh karena itu Bidan Dewi kemudian berkesimpulan bahwa janin itu sudah mati sehingga harus dikeluarkan dari dalam rahimnya. Setelah berkonsultasi, Narsi dan ibunya Mariam pulang ke rumah.

Namun, pada Selasa 19 Janauri 2016 Narsi mengeluhkan perutnya sakit sehingga oleh Mariam dibawa ke Klinik Bidan Dewi untuk rawat inap. Dan janin bayi tersebut dikeluarkan pada keesokan harinya,” ungkap Didik.

Kepada penyidik Narsi mengakui bahwa untuk melakukan aborsi, dirinya diharuskan membayar 10 juta kepada Bidan Dewi. Namun hal tersebut dibantah tersangka. Tersangka mengaku perbuatan aborsi tersebut dilakukan secara gratis, dan juga atas pertimbangan kesehatan bagi sang ibu bayi.

” Apa yang dilakukan tersangka tetap salah karena dia bertindak melakukan aborsi tidak berdasarkan hasil rekam medis. Pasalnya untuk melakukan aborsi harus mendapatkan persetujuan dari Dokter Ahli Kandungan, namun hal itu tidak dilakukannya, dan menyalahi kode etik,” tegas ayah tiga orang anak ini.

Data yang dihimpun zonaaianws pada 24 Januari 2016 sekitar pukul 16.30 Wita ratusan warga Kelurahan Pasir Panjang memadati Tempat praktek bidan Dewi Bahren di RT 09/ RW 03, Kelurahan Pasir Panjang, Kecamatan Kota Lama. Pasalnya sore itu, penyidik Reskrim Polres Kupang Kota melakukan penggalian kubur yang diduga sebagai tempat menguburkan jazad bayi hasil aborsi.‎

Bahkan, Proses penggalian dilakukan sendiri oleh Ramli yang merupakan salah satu pegawai pada tempat praktek Bidan Dewi. Pengalian yang berlangsung kurang lebih selama satu jam ini akhirnya membuahkan hasil. Dari dua titik yang digali, penyidik berhasil menemukan beberapa tulang dan sumsum dari jasad bayi hasil aborsi. Diperkirakan jasad bayi tersebut telah dikubur selama setahun karena yang tersisa hanya tulang belulangnya saja. (*Tim/Sem)