ZONALINENEWS.COM,
KUPANG – Dalam momentum politik ataupun diluar momentum politik salah satu dari sekian banyak tokoh di Nusa Tenggara Timur (
NTT) nama terus dibicarakan, walau badai menghantam, topan menggoyang dia tetap tegar bagai
gunung Fatuleu yang kokoh menghadapi realitas kehidupannya. Dia dalah Awang Notoprawiro, sosok yang selalu diperhitungkan dalam
pesta demokrasi.
Ada banyak hal menarik yang melekat pada peribadi Awang membuat penulis penasaran untuk menulis tentang siapa sesungguhnya sosok Awang Notoprawiro.
Peria yang lahir dan besar di
kota yang dijuluki kota karang Namosain
Kota Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) ini memeliki pribadi yang sangat unik, bahkan diragukan disemua sisi, nasionalnya, agamanya, sosial bahkan akademisnya, namun penulisan mencoba meluruskan agar mengubah paradigma berpikir agar lebih rasional dalam memberikan penilaian.
Lahir dan besar di Kota Kupang memang tidak menjamin seseorang tumbuh menjadi nasionalis, bahkan bisa jadi tumbuh menjadi fanatik melalui proses dokmatisasi yang mendalam. Namun kepribadian yang selalu hadir ditengah umat manapun mampu membentuk keperibadian yang Nasionalis, begitulah cara Awang, sosok yang selalu menjunjung tinggi nilai toleransi ditengah keberagaman.
Selain itu melalui proses panjang pendidikan di Sekolah Dasar (SD)
GMIT Namosain Kupang pada tahun 1968, SMP Frater Katholik Kupang pada tahun 1974, dilanjutkan dengan SMA Giovani Katholik Kupang tahun 1977 dan menempuh Pendidikan Tinggi di Universitas Muhammadiyah Surabaya Fakultas Hukum Surabya tahun 2010 adalah sebuah dalil untuk membatahkan segala macam argumentasi miring tentang peribadi Awang.
Selain nasional, pergaulan Awang yang tidak membatasi antara agama, ras dan suku membuat penasaran bagi peribadi yang kepo. Memang Awang bukanlah sosok yang lahir dari keluarga Kiyai bahkan Habib namun Awang dilahirkan dari keluarga baik- baik yang selalu ditanamkan nilai- nilai kebaikan oleh sosok almarhum ayahanda dan almarhuma ibunda membuat dia selalu berbagi tanpa harus dipublikasi, membantu tidak harus diiklankan.
Jiwa sosial Awang tidak bisa dibandingkan dengan yang lain, walau dia adalah sosok politisi namun memberi bukan dengan cara- cara politisi pada umumnya, mempublikasikan semua aktivitas kedermawan agar bisa dilihat oleh khalayak, dia punya cara untuk menaikan ektabilitas tanpa isi tas, dan dia punya cara untuk meningkatkan
investasi sosial tanpa berinvestasi pada investor. Sosok yang bisa menempatkan posisi politik dan agama pada tempatnya tidak menggunakan cara- cara kotor untuk memperoleh kekuatan politiknya apalagi politik identitas.
Semua agenda politik yang tertata melalui platform yang dibangun melalui media sosial, baik melalui facebook, twiter, instagram dan tik tok hari ini 99% tidak menampikan sosok Awang lahir dari rahim Serjana Hukum. Sosok Awang memang sosok yang sederhana namun memiliki fiil yang selalu meninggalkan keriduan pada semua orang karena kabaikan yang dimilkinya. Semua itu bukan hanya karena warisan dari leluhur (genetika), namun juga melalui ketuntasan pada Ilmu yang dimilikinya. Sebagaimana ungkapan Syekh Prof. Dr. Yusuf al-Qaradawi seorang ulama Islam Mesir yang tinggal di Doha, Qatar, dan
ketua Persatuan Ulama Muslim
Internasional. “ Hasil akhir dari sebuah pedidikan adalah pembentukan dan perubahan perilaku”.
Dia tidak memandang ilmu sebagai sesuatu yang harus dibangga- bagakan, namun dia mencoba untuk mengaktualisasikan nilai Hukum yang diperoleh untuk kemaslahatan banyak jiwa yang tertindas.
Dunia politik bukan menjadi hal yang baru bagi Awang, dengan profesionalisme yang dimilikinya, Awang sangat intensitas dalam membangun kekuatan kemenangan organisasi politik yang dinahkodainya yaitu Partai Amanat Nasional (PAN), sekalipun dirinya tidak meraihkan kemenangan pada pemilu 2019, namun dengan irama politik yang dimainkan DPW PAN NTT mampu mengantongi 6 kursi
anggota DPRD Provinsi NTT dan 46 kursi DPRD Kabupaten se NTT.
Ini menunjukan keberhasilan seorang Awang dalam memimpin PAN selama ini, keberhasilan yang lahir dari proses yang panjang, seperti pernah menjadi bendahara DPW PAN NTT 2000-2005, Sekretaris DPW PAN NTT 2005-2015, Wakil
Ketua DPW Persatuan Pelayaran Rakyat (PELRA) NTT, 1999-Sekarang,
Ketua DPC Internasional Ship Owner Assosiation (INSA) / Persatuan Penguasaha Pelayaran dan Ketua DPW Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) NTT 1999.
Sosok yang mencoba melakukan hal lebih buat keluarga besarnya yaitu keluarga besar NTT, berulang kali betarung dalam pesta demokrasi namun tidak membuat Awang kehilangan energi. Lewat renungan dan realitas
pelayanan yang kurang maksimal buat dia ambisi untuk berkuasa.
Karena dengan kekuasaan dia bisa berbuat lebih banyak, karena dengan kekuasaan membuat dia bisa bersuara untuk banyak aspirasi yang terlewatkankan lebih lantang, karena dengan kekuasaan membuka ruang pelayan yang lebih luas dan lebih maksimal bagi banyak orang.
Pelajaran yang harus menjadi inspirasi dan teladan buat kader PAN NTT dari sosok Awang Noroprawiro adalah konsisten, ketulusan, kejujuran dan ketegasannya.
Ketika ditengah malam duduk bersamanya didalam gerha namanya
rumah PAN NTT, ia mengeluarkan petuah yang membuat saya lebih vitalitas berorganisasi, “Adik dalam politik hal yang harus dijaga adalah konsistennya, karena kosekwensi dari penghianat adalah pengjilat”
Saya percaya bahwa kabaikan dan ketulusan dalam memberikan pelayanan mampu menghantarkan seorang Awang menjadi kampiun pada perhelatan politik 2024 mendatang sebagai
Anggota DPR RI Dapil NTT 2. Menurut saya, kalau ada Awang kenapa harus pilih yang lain’ kalau bisa sekarang kenapa harus nanti”. (*Fathur Dopong)
Penulis : Fathur Dopong
Editor : Hayer Rahman