Zonalinenews-Kupang, Pada musim kemarau saat ini, sebanyak 16 dari 21 Kabupaten dan Kota di wilayah Nusa Tenggara Timur mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Demikian disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi NTT, Tini Tadeus saat ditemui zonalinenews di ruang kerjanya, Kamis 5 Mei 2014 pukul 12.00 wita.“Masalah kemarua Ini terkategori bencana,”ujar Tadeus.

Hingga sejauh ini dikatakan Tadeus, sesuai laporan yang diperoleh pihaknya hanya empat kabupaten di wilayah NTT yang tidak alami kesulitan air bersih yakni Kabupaten Ngada, Manggarai Timur, Manggarai dan Manggarai Barat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ada 16 kabupaten yang masih rawan air bersih saat musim kekeringan seperti saat ini, termasuk Kota Kupang,”ujarnya.
Menurutnya, kesulitan air bersih pada 16 Kabupaten dan Kota tersebut sebagian besar disebabkan karena menyusutnya debit pada sumber-sumber air.
“Penyusutan ini disebabkan karena musim kering tahun ini lebih cepat yang berlangsung mulai bulan Maret lalu. Kita harapkan agar hujan bisa secepatnya,”terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Nusa Tenggara Timur (NTT), Andre W.Koreh yang ditemui secara terpisah mengatakan, ketersediaan air bersih bagi keluarga di NTT masih minim.
“Sebanyak enam dari 21 kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih rawan atau kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari,” katanya.
Menurutnya, enam kabupaten di NTT yang cukup rawan rawan mendapatkan air yakni meliputi Ende, khususnya Pulau Ende, Sikka di Desa Palue, Flores Timur di Pulau Solor, Belu di Atapupu, Kabupaten Kupang di Sulamu serta Sumba Timur di Desa Aha.
Disebut sebagai daerah rawan air bersih, karena masyarakat di daerah itu tidak dapat memenuhi kebutuhan air minum sesuai ketentuan, yakni dalam sehari sebanyak 30 liter/orang.
“Mereka hanya memanfaatkan sumur gali yang debit airnya sangat terbatas, sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan air minum per hari,” ujar Andre.
Kepala Dinas PU mengtakan ketersediaan air di daerahnya dalam sebulan 354 juta m3 atau 136 m3 per detik, sehingga dalam setahun mencapai 2,82 miliar m3. Defisit air di NTT dalam setahun lebih dari 2 miliar m3.
Kondisi ini, katanya, diperparah oleh kerusakan daerah aliran sungai (DAS) sehingga debit air terus berkurang.(*rusdy)